Bunda, Telaga yang Tak Pernah Kering
Takkan pernah habis kata untuk menguraikan cerita tentangmu, Bunda. Hari ini mendengarkanmu terbata membaca ayat-ayat cintaNya menyadarkanku bahwa sudah banyak waktu yang telah kita lalui bersama. Matamu sudah tak awas lagi seperti dahulu, sehingga untuk membaca Alquran mulai terbata-bata dan tidak selancar dahulu. Gerakanmu juga tak secepat dahulu saat meraihku ke pelukanmu ketika aku berteriak histeris kesakitan, jatuh karena belum sepenuhnya seimbang untuk berlari. Waktu menjadi saksi bagaimana satu persatu perubahan terjadi pada kita, Bunda. Bunda tak muda lagi dan aku bukan putri kecil bunda lagi. *** Pagi itu sekolahku berbeda dari biasanya. Aku melihat semua teman-temanku datang bersama orangtuanya. Begitu juga aku, datang bersama Bunda dan Abah. Hari itu adalah hari pembagian rapor, dan kami para murid akan membuat kejutan dengan sebuah show kecil untuk menghibur para tamu yang tidak lain adalah orangtua kami sendiri. Aku sudah siap di belakang panggung, menunggu giliran namak