Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2009

Bunda, Mengapa Engkau Menangis?

Seorang sahabat mengirimkan mail ini kepadaku. Meski pernah menerimanya dan membacanya berkali-kali, isinya tetap menyentuh banget. Sayang dibuang... Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?” Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak”. “Aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti….” Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?” Sang ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan”. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. ”Ya Tuhan, mengapa wanita mudah sekali menangis?” Dalam mimpinya, Tuhan menjawab: ”Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar

Bila Waktu Tlah Memanggil

Usia manusia memang tidak bisa ditebak kapan berakhirnya. Kematian selalu saja menjadi misteri dari Tuhan kapan dan di mana akan menghampiri kita. Kematian tidak pernah berbanding lurus dengan usia, meski pada akhirnya kita akan berkesimpulan bahwa semakin tua semakin dekatlah kita dengan kematian. Kematian mutlak adalah urusan Tuhan dan perjanjian kita dengan NYA pada saat DIA meniupkan ruh ke jasad kita ketika kita berada dalam rahim ibunda tercinta. Kita tidak bisa mengingat itu lagi, bahkan ketika kita bersaksi bahwa benar DIA adalah Rabb semesta alam. Kematian datang terkadang menyisakan Tanya, kenapa? Kenapa seseoarang yang begitu baik akhlaknya, yang santun budi pekertinya justru harus terlebih dahulu menghadapi kematian. Seperti halnya saudara2 kita yang menjadi korban gempa bumi di Tasikmalaya, pertanyaan kenapa gempa bumi dan longsong yang justru menjadi penyebab kematian orang2 yang mereka cintai? Kenapa bukan kematian yang wajar? Dan hanya DIA yang tau alasannya, kita hamba

BuBar Ramadhan

Gambar
Udah lama banget gak nge-blog... Alhamdulillah malam ini kesampaian juga :D Hari ini cuma mau berbagi cerita buka bareng teman2 kantor. Acaranya tanggal 29 Agustus kemaren, hari sabtu. Tepatnya sehari setelah angka keramat 28. Mungkin sebagai bentuk kesyukuran karena akhirnya setelah penantian yang cukup panjang rapelan tunjangan (konon katanya tunjangan skill) keluar juga. Nah, wujud syukur itu dilakukan dengan mengucapkan hamdalah di hati masing2 (aku yakin banget semua mengucapkannya) dan berbuka puasa bersama keesokan harinya. Buka Barengan (BuBar) Part I (jiah...ada part I nya) di Warung Ayam Penyet Akbari (hehehe ane sebut merek) yang terletak di jalan Setia Budi Medan. Neh tempat direkomendasikan si Ita. Tempatnya sederhana, di pinggir jalan besar dan dekat dengan Mesjid (yang terakhir jadi pertimbangan banget). Anak2 yang ngikut seperti biasa anak2 gabungan waktu ke Pante Kelang kemaren ditambah beberapa newface (halah). Karena namanya Warung Ayam Penyet maka menu utamanya yah