REVIEW BUKU SUNSET IN WEH ISLAND
Judul buku : Sunset in Weh Island
Penulis : Aida M.A
Penerbit : Bentang Belia
ISBN : 978-602-9397-73-4
Siapa sih yang bisa begitu saja
menerima pengkhianatan? Apalagi pengkhianat tersebut adalah sahabat sendiri.
Itu juga yang dialami Axel. Tanpa sepengetahuan Axel, Marcel menjual gudang
miliknya yang selama ini digunakan oleh Axel sebagai tempat latihan reggaeton. Buruknya lagi, Marcel berniat
menjual gudang tersebut pada Andrew, rival Axel dan tim reggaeton-nya. Tidak hanya itu, diam-diam ternyata Marcel juga
mengincar Andreea, kekasih Axel. Lengkaplah sudah kekecewaan Axel pada
sahabatnya itu.
Sebagai bentuk pelarian dari
kekecewaannya, Axel kemudian memilih berlibur meninggalkan Jerman, mengunjungi
Pamannya Alan di Pulau Sabang, Indonesia.
Takdir mempertemukannya dengan Mala,
cewek lokal yang masih kuliah di Fakultas Ekonomi Univ. Syiah Kuala. Pertemuan
yang tidak direncanakan. Keduanya tanpa sengaja saling bertubrukan satu sama
lain di atas kapal ketika keduanya sama-sama nyaris tertinggal kapal cepat. Kecelakaan
tubrukan itu ternyata meninggalkan kesan buruk di antara keduanya. Lalu ada
banyak kebetulan yang terjadi setelah itu. Kebetulan cottage Alan Scuba Diving milik Alan berdekatan dengan cottage & restoran laguna milik
Bram, ayah Mala. Kebetulan Bram dan Alan berteman baik dan kebetulan Raffi
cinta terpendam Mala bekerja pada Alan.
Kebetulan-kebetulan
di atas tidak merubah kesan buruk yang
terlanjur tercipta antara Axel dan Mala. Menurut Mala, axcel adalah cowok bule
yang sangat menjengkelkan, yang terlalu menganggap sepele wanita, dan Mala
memilih memanggil Axel dengan sebutan Curly
(karena rambutnya yang keriting) dibandingkan jika harus memanggil dengan nama
aslinya. Pun sebaliknya, Axel merasa Mala adalah cewek aneh yang sering
melakukan ritual khusus ketika menyaksikan sunset,
dan dia selalu memanggil Mala dengan istilah accident girl. Pertengkaran-pertengkaran kecil kerap terjadi jika
keduanya bertemu hingga suatu hari, di Pulau Rubiah Mala harus menerima
kenyataan bahwa pria yang selama ini sangat dikaguminya ternyata telah memiliki
pacar.
Axel
yang mengetahui Mala terluka berusaha menghibur. Tak disangka untuk kali
pertamanya keduanya bisa saling mengobrol dengan lepas tanpa harus bertengkar.
Dan setelah itu keduanya menjadi sahabat baik.
Kebersamaan
yang mulai tercipta ternyata menumbuhkan benih-benih cinta pada keduanya. Benarkah
Axel orang yang tepat untuk Mala. Lalu bagaimana dengan Andreea yang tiba-tiba
muncul bersama Marcel ingin menjemput Axel pulang kembali ke Jerman? Apakah
Axel bersedia memaafkan sahabatnya? Atau Raffi kah yang lebih pantas
mendapatkan hatinya Mala setelah putus dari pacarnya?
***
Aaaakkkkk…
novel ini benar-benar berasa romantisnya. Karakter masing-masing tokoh
tergambar jelas dan kuat. Hal lain yang kemudian membuat novel ini berasa
romantisnya adalah karena settingnya sendiri ada di Sabang. Karena pernah
berkunjung ke sana, maka aku harus akui bahwa penulis berhasil mendeskripsikan
semua tentang Sabang secara detail dan menarik. Salut!! Dan tak berlebihan lah
jika kemudian penulis menggambarkan alam bawah laut perairan Sabang dengan
istilah “surga” di novel ini.
Ini
adalah novel pertama karya penulis yang aku baca. Dan setelah membacanya aku
merasa penulis benar-benar total ketika berkarya. Semua informasi tergambar
jelas. Beberapa dialog dalam bahasa jerman juga disertakan untuk memperkuat
karakter Axel yang memang berkebangsaan Jerman. Pada akhirnya aku puas membaca
kisah tokoh-tokoh di dalamnya.
Kalau
ngomongin fisik novelnya sendiri, dengan ketebalan 246 halaman dan desain cover
yang lembut, penampakan novel ini benar-benar cantik. Eh, ini bukan karena aku
juga penyuka laut loh ya. Selain itu, akan ada ilustrasi pantai, pohon kelapa
dan matahari setiap kali bab baru dimulai.
Tidak
ada hal-hal yang begitu mengganggu kecuali sedikit kesalahan pengetikan. Sebagai
penutup, rasanya belum lengkap kalo aku belum menuliskan satu kalimat favorit yang aku temukan dalam
novel ini. Bunyinya: “cinta dan percaya
adalah dua hal yang saling berhubungan. Kita tak cukup memelihara percaya untuk
dapat mencintai seseorang, tapi ketika kita mencintai maka kita harus
memercayainya” (hal 121).
Covernya romantis.... pasti kisahnya juga romantis
BalasHapuspenasaran dengan kisah lengkapnya