Abdullah
bin Saba berasal dari yaman. Ibunya adalah seorang Yahudi dan Ayahnya adalah Majusi.
Para ulama menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba sengaja di “adakan di negeri
kaum muslimin” untuk menciptakan kekacauan di tubuh kaum muslimin.
Abdullah
bin Saba memulai fitnahnya dengan menyebarkan syubhat di kalangan kaum
muslimin. Salah satunya ia menanamkan rasa cinta yang sangat kepada Rasulullah.
Kesalahfahaman yang ia tanamkan adalah bahwa Nabi Isa akan dihidupkan kembali
oleh Allah. Jika Nabi Isa saja dihidupkan, kenapa tidak dengan Nabi Muhammad.
Pemahaman ini lah yang ditanamkan oleh Abdullah bin Saba. Karena pemahaman
masyarakat saat itu juga awam, maka pemikiran tersebut diiterima oleh mereka
Pemikiran
lain yang dihembuskan adalah bahwa setiap nabi memiliki orang2 karomah, yang
akan menjadi wali setelah dirinya meninggal. Wali yang mendapat wasiat dari
Nabi Muhammad adalah Ali bin Abi Thalib. Dan yang layak menggantikan posisi Rasulullah
adalah Ali bin Abi Thalib.
Berikut
ucapan (pesan) Abdullah bin Saba kepada orang-orang yang menyertainya, yang
kemudian menjadi acuan dalam melaksanakkan misi mereka:
1.
Bersiaplah kalian dalam menjalankan
agenda, (perencanaan mereka sudah matang)
2.
Membentuk orgaisasi kecil di setiap
wilayah2, terutama di wilayah2 yang di situ banyak diisi oleh kaum muslimin
yang masih lemah pemahamannya (baru memeluk islam) karena ekspansi wilayah
3.
Saling berbagi informasi untuk
menyamakan narasi.
4.
Membangun/menciptakan isu-isu baru yang
mana tujuannya untuk membunuh karakter dan kewibawaan Khalifah Utsman Bin Affan
serta gubernur2 wilayah. Setelah isu hoaks disebarkan dan terbunuhnya karakter
Khalifah Utsman bin Affan, maka mereka kemudian menunjukkan nama2 ahlul bait
yang lebih pantas menjadi khalifah dibandingkan Utsman. Utsman bin Affan mampu menjawab
semua tuduhan mereka. Utsman berkata, “aku tidak pernah menunjuk orang dalam
satu tugas kecuali orang tersebut memang ahlinya dan keahliannya di akui oleh
masyarakat”. Hal ini terkait fitnah mereka bahwa Utsman melakukan nepotisme
dengan memberikan jabatan kepada anak angkatnya.
5.
Bawalah narasi2 positif di dalam
menghembuskan isu2 tersebut. Misalnya narasi “Amar Ma’ruf”, akan tetapi caranya
salah karena ditujukan kepada sahabat Utsman. Mereka mengucapkan takbir dan mengenakan
pakaian takwa dalam rangka membungkus keburukan mereka.
Ulama berpendapat bahwa Abdullah
bin Saba memulai rencana dan menyusun kekuatan dari Mesir (membentuk
kader2nya). Setelah itu ia pindah ke Syam. Di Syam, dimana gubernurnya adalah
Muawiyyah, Abdullah bin Saba sempat diinterogasi oleh Mu’awiyyah. Ia menyebut
dirinya ahlul kitab, sedang belajar islam dan ingin tinggal bersama Mu’awiyyah.
Di Syam Abdullah bin Saba’ diusir oleh Muawiyyah karena jawabannya yang
inkonsistens saat diinterogasi. Abdullah bin Saba kemudian pindah ke Basrah.
Kemudian
Abdullah bin Saba masuk ke Kuffah. Di Kuffah ia mendapat tempat. Di Kuffah ia
leluasa menggerakkkan fitnahnya. Di tahun 34 H, di mulai dari majelisnya gubernur
Kuffah, tiba2 ada kerusuhan. Ada provokasi yang menimbulkan perdebatan sampai terjadi
baku hantam.
Di
Kuffah mereka berkumpul dan mempersiapkan rencana untuk masuk ke Madinah. Mereka
mamanfatkan momentum masuk ke Madinah saat para pemimpin melakukan ekspansi ke
luar. Mereka mengajukan protes dan menuntut gubernur Kuffah diganti, dan
akhirnya gubernur Kuffah pun diganti.
Ali
bin Abi Thalib ditugaskan Utsman bin Affan untuk membangun hujjah membantah
para pengacau (Saba'iyyah). Mereka meminta
agar Utsman bin Affan turun. Mereka menuduh Utsman Bin Affan korupsi di Baitul Mal.
Padahal Utsman bin Affan membeli tanah dari uangnya sendiri untuk memperluas lahan
peternakan, seiring dengan bertambahnya jumlah hewan ternak. Sedangkan ternak
milik Utsman sejak zaman Rasulullah, Abu Bakar dan Umar telah diinfakkan untuk
di jalan Allah. Di Point ini terlihat bahwa antara Khalifah Utsman bin Affan
dan Sahabat Ali bin Abu Thalib tidak terjadi perselisihan seperti isu yang
digoreng oleh Saba'iyyah.
Mereka
juga mempertanyakan mengapa mushab di zaman Abu Bakar tidak berlaku. Kenapa justru
Utsman menggunakan mushaf Utsmani. Jawaban Utsman bin Affan, bahwa Mushaf Abu Bakar
dibaca dengan 7 dialek bahasa Arab. Allah telah memberikan rukhsoh terkait
kemudahan dalam membaca Al Quran dengan dialek tertentu. Namun tetap
diperlukannya ilmu dalam membaca Al Quran. Agar tidak terjadi perubahan baca karena
islam telah berkembang, maka perlu dibuat satu kodefikasi agar tidak terjadi perselisihan
dan pertentangan dalam membaca Al Quran. Sehingga disusunlah Mushaf Utsmani
yang berisi ketentuan membaca Al Quran untuk seluruh kaum muslimin di seluruh
belahan dunia. Semua yang mereka tuduhkan dapat dibantah oleh Utsman bin Affan.
Kemudian
muncul surat palsu, seolah-olah surat itu berasal dari Utsman dan berstempelkan
Khalifah Utsman, yang berisi bahwa mereka (kaum Saba'iyyah/perusuh)
harus dihukum karena demonstrasi yang mereka lakukan. Faktanya surat tersebut
bukan berasal dari Utsman. Kaum Saba'iyyah marah dan
kembali ke Madinah dan terjadilah pembunuhan Utsman. Sebelumnya Ali bin Abi
Thalib meminta agar Utsman memerintahkan dirinya untuk membawa prajurit untuk
menghadapi kaum perusuh itu. Ustman menolak, alasannya karena kabar terkait dirinya
yang syahid sudah ia dengar. Ia tidak ingin mengalirkan darah kaum muslimin
hanya karena pendukungnya ingin menyelamatkannya. Nangis di bagian ini ya
Allah.
Utsman
bin Affan dibunuh pada hari jumat saat sedang berpuasa. Sebelumnya ia bermimpi
bertemu Rasulullah, Abu Bakar dan Umar, dimana mereka memanggil Utsman dan berkata,
“Kemarilah Utsman, Mari kita berbuka puasa bersama”. Ia telah mendapatkan
firasat bahwa ia akan meninggal. Para perusuh masuk ke rumahnya, mereka menebas
tangannya, mencekik lehernya dan menusuk dadanya. Utsman bin Affan syahid
sambil memegang mushaf yang ikut berlumuran darah. Naila, istri Utsman yang
ingin menolong suaminya berkata, “sesungguhnya orang yang kalian tebas
tangannya dan kalian bunuh adalah orang yang mengkkhatamkan Al Quran dalam 2
rakaat sholatnya, apakah kalian yakin bahwa orang ini telah melakukan apa yang
kalian tuduhkan?” dalam riwayat lain disebutkan mengkhatamkan Al Quran dalam
1 rakaat.
Mereka kemudian melecehkan Naila, dengan menepukkan bagian belakang tubuhnya. Beberapa pembantunya ikut terbunuh saat itu karena ingin membantu. Allah telah berjanji bahwa Allah yang akan membalaskan kematian Utsman. Hingga setelah tragedi tersebut, tak ada satupun dari para pemberontak tersebut mendapatkan hukuman di dunia.