Ketika Allah mencintai hambanya, maka Allah akan menguji hamba tersebut. Demikian juga dengan Nabi Ibrahim. Ia adalah kekasih Allah, maka Allahpun menguji Nabi Ibrahim. Ujian yang diberi Allah kepada hambanya biasanya berhubungan dengan sesuatu yang dijunjung tinggi, dicintai, disenangi oleh hamba tersebut.
Seperti Rasulullah yang menjunjung tinggi kejujuran hingga digelari Al Amin.
Allah mengujinya saat orang kafir Quraisy tidak mempercayai apa yang
disampaikannya terkait keesaan Allah. Mereka menyebutnya Muhammad pendusta.
Ibunda Maryam pun diuji dengan sesuatu yang dia junjung tinggi, yaitu
kehormatan wanita, kesucian wanita. Maryam tidak pernah berinteraksi dengan
pria, tetapi Allah mengujinya dengan kehamilan Isa.
Dan Nabi Ibrahim pun mengalami hal yang sama. Bertahun-tahun ia menginginkan
keturunan. Lidahnya tak pernah kering meminta kepada Allah. Sampai usianya
menua, akhirnya kabar bahagia itu datang. Allah mengabulkan doanya dengan
kelahiran seorang anak laki2 yang penyabar yaitu Ismail (QS. As-Saffat: 101).
Ujian pertama Ibrahim adalah saat ia harus meninggalkan Hajar dan Ismail di
lembah Bakkah. Setelah lama meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah Bakkah,
Ibrahim kembali datang menemui mereka. Saat itu Ismail berada pada usia yang
sudah dapat membantu orangtuanya.
Suatu malam Ibrahim bermimpi menyembelih Ismail. Ibrahim tau bahwa mimpinya
adalah perintah Allah. Hatinya galau. Ia baru saja kembali bertemu dengan
Ismail dan sekarang Allah memintanya untuk menyembelih anak yang sangat ia
sayangi. Tapi itu adalah perintah Allah dan Ibrahim menyadari bahwa semua yang
diperintahkan Allah adalah baik. Ia kemudian meminta pendapat anaknya. (QS.
As-Saffat: 102)
Ini adalah contoh parenting yang diajarkan oleh Ibrahim. Meski perintah Allah,
ia tetap membuka ruang dialog kepada putranya.
Ismail, anak yang tabah dan penyabar itu menjawab, "Wahai ayahku yang
tersayang, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah engkau
akan mendapati aku termasuk golongan orang2 yang sabar". Dalam perjalanan
bersama Ismail, setan menggoda Ibrahim. Tetapi Ibrahim meyakini akan perintah
Allah tersebut. Ibrahim kemudian mengambil 7 kerikil dan melempari setan-setan
tersebut. Melempari kerikil ini kemudian menjadi syariat melempar jumroh dalam
ibadah haji.
Keduanya telah berserah diri kepada Allah. Ibrahim membaringkan Ismail
menghadap ke arah yang berlawanan dengan dirinya. Ia tak sanggup memandang mata
Ismail. Ismail pun tak ingin ayahnya ragu dan berat untuk menyembelihnya. Ia
berpesan agar Ibrahim menutup tubuhnya dengan kain agar darahnya nanti tidak
mengotori pakaian ibrahim, yang justru akan membuat cemas ibunya, Hajar.
Ibrahim lalu mengucap basmallah dan bertakbir berulang-ulang. Saat pisau itu
didekatkan dileher Ismail, dengan izin Allah pisau itu tidak dapat melukai
Ismail. Pendapat lain menyatakan seperti ada lempengan yang menghalangi pisau
menyentuh leher Ismail. Kemudia Allah berfirman pada QS. As-Saffat: 104-105
"Wahai Ibrahim, sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu"
Allah kemudian mengganti sembelihan Ibrahim dengan seekor qibas. Ada pendapat
yang menyatakan bahwa qibas tersebut adalah qibas yang pernah dikurbankan oleh
Habil putra Adam. Lokasi dimana qibas itu akhirnya disembelih ada di Mina.
Wallahu A'lam Bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalin komentar kamu di sini ^^