Tour The Bromo, Tafakur Alam Sejenak.

Assalamu'alaikum sahabat semua.. Waaahhh udah lama sekali rasanya gak berbagi cerita melalui postingan di blog ini. Entah kenapa, akhir-akhir ini aku seperti terjangkit "kaslaanah syndrome" a.k.a "malas" hadeeuuhhh... Malas banget buat menulis. Padahal ada beberapa buku yang sudah selesai aku baca, dan untuk mereviewnya pun sepertinya aku gak punya waktu.. 
Baiklah, masih dalam suasana Ramadhan Kariim, aku mau mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa buat sahabat yang menjalankan. Semoga tetap semangat sampai akhir Ramadhan yaa.

Hmmm... mau cerita nih. Juni kemaren Alhamdulillah aku nyampe Bromo juga... yeeeiiii... duuhhh senang banget bisa menyaksikan matahari terbit, melihat keindahan ciptaan Allah yang luar biasa menakjubkan itu 
Rabu, 11 Juni 2014 aku dan rombongan bergerak menuju Bromo. Hmmm, awalnya aku gak yakin apa aku bisa melewati medan Bromo. Tapi cerita teman yang bilang kalau ke Bromo itu tidak langsung mendaki akan tetapi naik dengan menggunakan jeep membuat aku sedikit berbesar hati dan percaya dirilah kalau aku pasti bisa mengatasi medan Bromo. 

Udara dingin benar-benar menyerang saat aku dan rombongan turun dari bus pariwisata di pemberhentian, di mana perjalanan akan dilanjutkan dengan menggunakan jeep. Ketua rombongan terlihat bernegoisasi, mungkin soal tarif dan berapa jeep yang akan kami sewa. Aku menggigil kedinginan. Jaket yang aku kenakan tidak mampu menahan rasa dingin yang menusuk. Sarung tangan, topi, masker semua sudah aku kenakan. Tapi tetap saja dingin yang aku rasakan sangat menusuk. 

Bersama sekitar 6 orang teman seperjalanan yang lain, akhirnya kami deal dengan salah satu jeep. Perjalananpun dimulai. Aku duduk di depan bersama seorang teman dan driver tentu saja. Perjalanan menanjak, menanjak dan menanjak. Meski keadaan sekitar gelap, pak driver seperti sangat hapal dengan rute yang dilalui. Kita menyebutnya "berpengalaman". Tujuan pertama kami katanya adalah menyaksikan sunrise. Aku mencoba menikmati perjalanan meski kanan kiri sangat gelap. Mendadak adrenalinku terpacu saat kami memasuki wilayah yang penuh dengan debu. Aku benar-benar jantungan dibuat pak driver. Gimana enggak, dia berani memacu laju jeep dengan kencang dimana jarak pandang sangat terbatas karena kaca jendela jeep sudah tertutup abu. Berlomba-lomba dengan jeep-jeep yang lain yang juga melintas dengan laju yang tidak bisa dikatakan pelan. Aku khawatir bagaimana jika kemudian ada sesuatu didepan sana yang tidak terlihat lalu jeep kami menabraknya? 

Begitu tiba dipemberhentian, aku menarik nafas lega. Keadaan sekitar masih gelap. Tapi sudah ada banyak pelancong yang juga sama sepertiku, ingin menyaksikan matahari pagi nanti. Aku merasa detak jantungku gak stabil, nafasku berpacu cepat. Jalan kaki beberapa langkah sudah membuatku ngos-ngosan. Aku menyerah, akhirnya naik sepeda motor untuk sampai di tangga penanjakan view point. Temanku yang lain memilih berjalan kaki. Yaa, mereka hebat 

Waktu aku melihat jam tangan, waktu sudah menunjukkan pukul 4 lebih. Lokasi view point sudah sangat ramai. Semua sudah memilih posisi terbaik untuk menjadi saksi munculnya bola api dari ufuk timur.. Mengabadikannya lewat kamera ponsel sampai kamera tercanggih yang mereka punya. Perlahan tapi pasti, yang dinantikanpun muncul perlahan-lahan seolah-olah ingin terus membuat kami penasaran. Aahh... aku kehabisan kata-kata untuk menggambarkannya. Masya Allah.. luar biasa indah...

Siluet diriku dengan latar belakang matahari yang baru terbit


Setelah matahari mampu menerangi sekitar lokasi view point, aku dan teman-teman meninggalkan lokasi untuk melanjutkan tour the Bromo kami.

Penanjakan view point

Entah kejutan apa yang menanti di depan kami. Pak driver bilang akan membawa kami ke kawah Bromo. Hmm... saat ke kawah Bromo itulah aku baru menyadari hamparan padang pasir yang kami lalui saat gelap malam hari tadi. Berasa di timur tengah jadinya hehehe  *onta mana onta??* Etsss, gak ada onta di sini, yang ada justru kuda. Baiklah saatnya menikmati sensasi berkuda di atas padang pasir menuju kawah Bromo.


Tentu saja aku gak benar-benar menunggang kuda seperti layaknya koboi. Ada pemandu yang menuntun kuda berjalan perlahan membelah padang pasir menuju kawah Bromo. Dalam perjalanan menuju ke sana satu hal terlintas dalam pikiranku bahwa hidup ini benar-benar butuh perjuangan. Berjuang untuk tetap bisa bertahan, dan terus berjuang untuk bisa menjadi pemenang. Aku tiba di lokasi terlebih dahulu, teman-temanku yang lain memilih berjalan kaki menikmati sensasi berjalan di padang pasir. Sambil menunggu mereka, aku memperhatikan anak tangga yang harus aku tempuh untuk bisa melihat kawah Bromo. Masya Allah.. ada sekitar 250 anak tangga. Huft benar-benar butuh perjuangan 

Aku memperhatikan para penjaja makanan ringan dan minuman yang ada di lokasi. Sambil menunggu teman-temanku yang lain, aku memilih memesan teh manis panas ke salah satu penjual. Dia wanita, sangat ramah dengan pipi memerah karena sengatan matahari. Aku katakan padanya bahwa dia sangat beruntung karena setiap hari bisa menyaksikan lukisan nyata Sang Pencipta yang benar-benar bikin siapa saja takjub saat memandangnya. Dia tertawa geli, meralat ucapanku bahwa dia harus melakukan itu, mendaki melewati hamparan pasir dan sengatan matahari setiap harinya untuk bertahan hidup. Aku terdiam membisu tidak membantah, buru-buru menghabiskan teh manisku sambil sesekali mengambil gambar 

Tak lama kemudian rombongan temanku muncul. Bersorak sorak gembira karena berhasil menaklukkan padang pasir dengan berjalan kaki. Kemudian mentertawakan kelemahanku. I dont care... Memang seperti itu kenyataannya. 


Tapi kali ini aku tidak akan menyerah. 250 anak tangga, Bismillah... dengan beberapa kali beristirahat untuk mengatur nafas, Alhamdulillah aku bisa melaluinya. Teman-teman kali ini memberi aplaus buatku. 
Aku memperhatikan sekeliling, saat berada di atas, aku melihat orang-orang yang berada di bawah sana sangat kecil seperti kumpulan semut yang berjalan beriringan. Subhanallah, pemandangan tersebut mengajariku untuk tidak sombong. Ya Allah, aku bersyukur berkesempatan mengunjungi bagian lain dari bumiMu ini dan belajar banyak hal dari apa yang aku lihat.


Saat harus kembali, ada perasaan lain yang menghampiriku. Perasaan plong dan ringan saat berjalan turun menyusuri anak tangga. Sesekali aku memberi semangat kepada sesama pelancong yang berpapasan dan terlihat kelelahan saat mendaki. Bahwa mereka harus terus melangkah, jangan berhenti, karena ada sesuatu yang luar biasa indah di atas sana.

Dari kawah Bromo, perjalanan selanjutnya adalah ke padang savana dan pasir berbisik. Di sini kami tidak berlama-lama, melihat sekeliling sambil mengambil gambar. Begitu juga saat berada di pasir berbisik. Hamparan pasirnya disertai gelombang yang terbentuk dan terpola seolah-olah seperti ombak laut yang beriak saling berkejaran. Aahh... benar-benar lukisan sang Pencipta yang membuat mata takjub saat memandangnya.

*Aku menikmati semua tempat dengan keindahannya masing-masing tanpa berusaha membandingkan satu sama lain. Bagiku semua punya keunikan dan keindahan tersendiri. Aku bersyukur bisa berada di sana, karena alam benar-benar mampu menghipnotisku untuk berfikir akan kebesaranNya.


Komentar

  1. Perjalanan yang sangat mengesankan ini.
    Sungguh.
    Semoga suatu saat saya bisa ke Bromo.

    BalasHapus
  2. Kadang, dengan berbagi waktu dengan alam kita akan tau siapa diri kita yang sebenarnya :)

    Halo mbak Yuliza, salam kenal. Pengen dpt info, dger musik, dll, Kunjungi web kami ya smansa-radio.com

    BalasHapus
  3. Waaa seruuuu sudah sampai ke Bromo...
    Aku aja sampe sekarang belum kesampaian kesana :'(

    BalasHapus
  4. baca postingan ini, saya jadi tertarik untuk 'mencicipi' bromo. Salam kenal mbak :)

    BalasHapus
  5. Selamat Idul Fitri 1435H, mohon maaf lahir dan batin

    BalasHapus
  6. waaaaaahhhh,,
    habis dari bromo ya?

    asyik ya,
    btw bromo sekarang ada di sumatra utara ya?
    *thinking

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalin komentar kamu di sini ^^