Review Novel Menanti Cinta

Menjadi resensor itu ternyataaaa hmmm apa yaa?? Hehehe... Well, sebenarnya menjadi resensor itu asyiiik banget. Apalagi kalo buku yang bakal diresensi itu dapatnya gratis *plak!* :)

Meresensi buku itu sebenarnya menurutku ya sedikit susah. Pertama aku gak bisa pungkiri bahwa sebagai pembaca aku tentu punya selera yang mungkin berbeda dari pembaca-pembaca yang yang lain. Ada genre tertentu yang membuatku betah menekuri halaman demi halaman sebuah buku, dan ada juga genre buku yang lain yang setelah dua-tiga halaman dibaca, aku langsung putuskan aahhh sudahlah XD~ 

Dan beberapa waktu yang lalu, dengan gentle nya aku menerima tantangan Mozaik Indie Publisher untuk meresensi novel Menanti Cinta karya Adam Aksara. Whuaaa... ini amanah loh. Aku udah dapat novelnya dan Alhamdulillah juga sudah membacanya.

Dan hari ini akhirnya aku punya waktu luang untuk membahas novel tersebut. Bismillahirrahmaaniirrahiim...


Judul: Menanti Cinta
Penulis: Adam Aksara
Penerbit: Mozaik Indie Publisher
ISBN: 978-602-14972-3-4


Cinta tak pernah membebani...
Ia meringankan yang memilikinya... 
(Adam Aksara)

Nama Adam Aksara sejujurnya baru aku dengar. Dan Menanti Cinta adalah salah satu karyanya yang baru aku baca. Sayang sekali aku tidak menemukan sedikit "tentangnya" di halaman akhir novel, hanya ada informasi mengenai karya-karyanya yang lain yang membuatku berkesimpulan bahwa Adam Aksara sudah banyak menulis buku.

Menanti Cinta, dibuka dengan prolog yang sedikit menegangkan. Adam Aksara seolah-olah memberi clue bahwa cerita di dalamnya akan jauh lebih menegangkan dari yang bisa aku bayangkan. 

Menanti Cinta adalah kisah hidup dua anak manusia, Alex dan Claire. Ibarat langit dan bumi, kehidupan keduanya sangat bertolak belakang. Alex yang kaya, memiliki orang tua dan saudara yang mencintainya, memiliki karir yang bagus tapi ruang geraknya tergantung pada kursi roda. Ketidakberdayaannya berjalan di atas kakinya sendiri membuatnya menutup diri dan mencari pelarian dengan terus-terusan mencari kesibukan. Sementara Claire, gadis muda yang seharusnya sangat enerjik, memiliki banyak teman justru harus hidup dalam ketakutan-ketakutan karena teror dari orang tuanya. Sangat mengerikan ketika seorang ibu tidak menginginkan anaknya. Itulah yang dialami Claire. Ia tidak punya rasa percaya diri untuk berteman, karena merasa tak ada orang tua yang akan mengizinkan anaknya berteman dengannya. Keduanya bertemu dalam perkuliahan. Meski berbeda secara kasat mata, namun secara psikologi keduanya sama-sama memiliki masalah dengan rasa percaya diri. Tanpa diminta cinta dengan begitu saja menghampiri keduanya...

Kisah keduanya sebenarnya sangat menarik. Karena Adam Aksara tidak hanya menonjolkan sisi romantisme dalam ceritanya, tapi juga sisi psikologis tokoh-tokoh dalam ceritanya. Tapi ada satu hal yang sedikit menggangguku. Adam Aksara seolah-olah tidak begitu peduli dengan "detail" pada unsur-unsur yang membangun kekuatan pada novel ini. Sehingga hal-hal yang menarik itu tidak terkemas dengan sempurna. Adam Aksara seolah-olah terburu-buru ingin menyelesaikannya. 

Misalnya saja, aku hanya tau Alex seperti gambaran di atas. Seperti apa raut wajahnya, postur tubuhnya, tinggikah? Kuruskah? Pakaian seperti apa yang ia kenakan? Begitu juga dengan sosok Claire. Apakah ia berambut panjang? Memakai kets ke kampus? Apakah rambutnya selalu tergerai? Banyak hal-hal kecil yang sebenarnya bisa memperkuat karakter tokoh, tapi sepertinya diabaikan begitu saja. 

Di halaman awal, pada lembar ucapan terima kasih, aku menemukan fakta bahwa cerita Menanti Cinta bukanlah fiksi murni. Cerita ini ternyata berdasarkan kisah nyata (based on true story). Seharusnya karakter tokoh bisa digambarkan dengan sangat detail agar cerita ini benar-benar terasa menyentuh.

Sama seperti deskripsi tokoh, setting tempat juga seolah-olah menjadi rahasia sehingga Adam Aksara merasa cukup dengan menyebutkan "di ibu kota, di kota ini, ke kotanya". Itu di mana? Bahkan cerita fantasy sekalipun, sebuah tempat pasti punya nama. Atau deskripsi kampus dimana Claire Berkuliah Yang katanya adalah satu universitas bergengsi (hal 21). Aku tidak menemukan gambaran menarik selain sayap kanan dan sayap kiri bangunan. Dan entah mengapa aku justru menangkap kesan suram pada kampus mereka. Tidak ada gambaran yang mampu membuatku merasa berada di lingkungan akademis. Entahlah, mungkin karena keberadaan kedua tokoh utama justru di malam hari. Atau ini hanya karena ekspektasiku yang terlalu berlebihan pada novel ini.

Kekuatan sebuah cerita tak lepas dari kemampuan penulis mendeskripsikan sedetail mungkin unsur-unsur yang terlibat dalam ceritanya. Karena itulah terkadang penulis melakukan riset tentang lokasi, kebudayaan, kebiasaan orang-orang ketika ingin mengangkat tema yang berhubungan dengan itu. Seperti pada novel Menanti Cinta ini. Penemuan kimia apa yang kemudian bisa membuat Alex menjadi seorang ilmuwan juga diabaikan Adam Aksara. Padahal menurutku tidak salah juga menjelaskan secara keilmuan (scientist) mengenai penemuan kimia yang di maksud dalam sebuah novel. Apalagi cerita ini berdasarkan kisah nyata. Penjelasan mengenai seperangkat bahan kimia yang dibelikan oleh ibunya saat Alex masih kecil untuk membuat sabun (hal 30) justru membuat cerita ini terdengar ganjil. Saat SD pun aku pernah mendapatkan praktek membuat sabun dan shampoo, dan itu dibimbing oleh guru kelas. Penjelasan bahan kimia untuk membuat sabun yang dijual bebas terkesan mengada-ada menurutku. Tapi ini cerita nyata, apa memang seperti itu? Hmmm...

Selebihnya, aku mencoba menikmati perjalanan cinta keduanya. Mencoba memahami bahwa perasaan minder, tidak percaya diri, tidak dicintai bisa menghampiri siapa saja. Butuh waktu lama untuk bisa membuka diri dan mencoba mempercayai orang lain. 

Jika pada isi novel aku mencatat "detail" yang kurang begitu diperhatikan oleh penulis, maka untuk fisik buku sendiri sebenarnya tidak ada masalah. Aku menyukai warna pada cover yang terkesan lembut. Aku juga sangat nyaman dengan ukuran font huruf pada buku. Sayangnya ada beberapa halaman yang terlepas dari jilidan.

Terlepas dari hal-hal kecil di atas yang diabaikan oleh Adam Aksara, kisah Alex dan Claire di novel tersebut tetap meninggalkan pesan-pesan kepada pembacanya. Bahwa cinta terkadang bisa membuat orang melakukan hal paling gila dalam hidupnya.

Tertarik untuk mengetahui kisah Alex dan Claire? Kamu bisa membeli novel Menanti Cinta ini langsung kunjungi website Mozaik Indie Publisher di mozaikindie.com

Komentar

  1. akhirnya dapat jg buku ini ya Za..selamat..:) sayang aku ga ngedaftar, ternyata peluangnya besar hehehe

    BalasHapus
  2. Waaa... keren banget ini reviewnya.
    Soal pengaburan soal tokoh dan lokasi... mungkin sesuai dengan permintaan yang menyebutkan utk tidak menyebutkan nama2 (orang dan tempat)
    Aku jadi penasaran nih... kira2 dalam novel itu mana kisah yang nyata dan mana yang fiktif.
    Malah aku sendiri usai membaca novel itu tak bisa mempercayai bahwa kisah itu berdasar ksah nyata....

    BalasHapus
  3. Za....selamat ya
    sukses jg sdh buat saya penasaran ^_^

    BalasHapus
  4. Sepertinya bukan tipe novel yang akan saya baca, haha :D

    have a nice weekend! :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalin komentar kamu di sini ^^