Judul Buku: And The Mountains Echoed (Dan
gunung-gunung pun bergema)
Penulis: Khaled Hosseini
Penerbit: qanita
Penerjemah: Berliani
Mantili Nugrahani
Cetakan I: Juli 2013
ISBN: 978-602-9225-93-8
ISBN: 978-602-9225-93-8
Novel ini dimulai dengan sangat menarik oleh Hosseini.
Sebuah dongeng pengantar tidur yang diperdengarkan kepada Pari dan kakaknya,
Abdullah oleh ayah mereka. Cerita fantasi tentang raksasa dan hantu yang suka
memakan anak-anak. Meski terdengar horor, pesan tersirat dari dongeng itu tidak
bisa diabaikan begitu saja, bahwa semua Ayah di dunia ini mencintai
anak-anaknya.
Pari dan Abdullah. Dua bersaudara yang secara emosional
sangat dekat sejak ibu kandung mereka meninggal dan ayah mereka memutuskan
untuk menikah lagi. Mereka menghabiskan masa kanak-kanak dalam kehidupan yang
keras dan sulit di Shadbagh, sebuah desa kecil di Afganistan. Bagi Abdullah,
Pari adalah dunianya. Dia rela melakukan apa saja demi melihat senyum kecil
mengembang di sudut bibir adik kecilnya. Dan bagi Pari, Abdullah tak hanya
berperan sebagai kakaknya Lebih dari itu, Abdullah adalah sahabat sekaligus
pelindungnya. Abdullah adalah ibu sekaligus ayah buatnya. Ikatan batin yang
begitu kuat terjalin di antara keduanya kemudian harus diputuskan secara paksa
oleh Ayah mereka sendiri. Karena kesulitan ekonomi, Pari kecil dijual kepada
saudagar kaya di Kabul. Pari direnggut paksa dari sisi Abdullah. Abdullah tak
tau harus berbuat apa, tak tau harus bagaimana, hanya bisa berteriak, menjerit,
memberontak, lalu tidak berdaya.
Tak heran jika kemudian banyak yang memuji novel ini
sebagai novel yang jauh lebih kompleks dibandingkan dua karya best seller
Hosseini sebelumnya. Aku menemukan begitu banyak tokoh di dalam yang memiliki
porsi yang nyaris sama besarnya untuk muncul di cerita. Setelah tragedi yang
menimpa Abdullah, aku dikagetkan dengan surat panjang Nabi yang ditujukan
kepada Markos. Surat itu muncul puluhan tahun kemudian. Intinya meminta Markos
menemukan Pari.
Sama seperti 2 novel sebelumnya, And The Mountains Echoed
pun bersetting Afganistan di tahun-tahun 40an. Tak sulit bagi Hosseini
menggambarkan kesulitan dan kekerasan hidup yang dialami bangsa ini pada waktu
itu. Di sinilah kelebihan beliau yang memang berasal dari sana. Deskripsi yang
jelas disampaikan dengan bahasa yang menyentuh, meninggalkan sensasi miris
ketika aku melalui bab demi babnya. Meski cerita ini juga berkisah tentang
perang yang terjadi, tapi kekuatan cerita ini justru terletak pada konflik
batin yang dialami masing-masing tokoh yang saling berhubungan satu sama lain.
Disampaikan dengan alur maju mundur, aku seolah menikmati setiap masa lalu para
tokoh. Karena selalu ada kejutan yang tak pernah bisa aku bayangkan di setiap
perjalanan hidup mereka.
Rumit! Itulah yang terlintas dalam pikiranku membayangkan
bagaimana seseorang harus mencari akar dirinya, mencari tau dari mana dia
berasal, siapa orang yang telah membuat dia ada dan itu terjadi selama bertahun-tahun.
Atau bagaimana seseorang merindukan bagian dari dirinya yang hilang dan
berusaha menemukan kembali bagian tersebut dalam mimpi-mimpi indah tidurnya.
Sebuah harapan dibangun dalam ketidakberdayaan, menyisakan sakit
berkepanjangan. Sebuah kisah yang benar-benar menyentuh.
mampir aja sob . . .
BalasHapusmampir diblog ane sob . . . .
Sepertinya aku belum pernah baca karya Hosseini...
BalasHapusMakasih sudah buat reviewnya... jadi punya gambaran tentang isi buku ini deh.
mbak musti baca hehehe :)
HapusKok nda dicantumkan ISBN nya ya
BalasHapusInternational Standard Book Number. Biar bisa saya track nanti
sudah saya cantumkan, terimakasih sdh mengingatkan :)
Hapusbelum pernah dengar ttg buku ini sebelumnya, tapi kayanya bagus ya :)
BalasHapus