Judul : Rantau 1 Muara
Penulis : A. fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Bertualanglah sejauh
mata memandang
Mengayuhlah sejauh
lautan terbentang
Bergurulah sejauh alam
terkembang
Aku
menutup novel ini dengan senyum mengembang. So sweet and unpredictable. Tak
menyangka akan semanis itu dan tak pernah berpikir akan berakhir begitu.
Aku
gak mau membahas isi cerita karena sama seperti di dua novel sebelumnya cerita
di Rantau 1 Muara ini juga berisi motivasi yang luar biasa untuk tidak takut
dengan kegagalan. Berjuang mati-matian sampai tetes darah pengahabisan. Kalimat
itu sangat coocok mewakili karakter tokoh Alif Fikri. Tidak hanya dalam
mengejar mimpi untuk bisa melanjutkan sekolah di Amerika, tapi juga demi
mengejar belahan jiwa yang kemudian dia panggil cinta. Semuanya tidak mudah
dilaluinya, semuanya butuh pengorbanan dan kerja keras. Kerja keras yang jauh
lebih keras dari rata-rata yang dilakukan orang. Luar biasa!
Sama
seperti dua novel sebelumnya, di rantau 1 Muara ada mantra ketiga yang menjadi
penyemangat tokoh Alif. Mantra ketiga berbunyi, “Man saara ala darbi washala”,
siapa yang berjalan di di jalannya akan sampai di muara. Mantra ini muncul
ketika Alif bingung mau jadi apa setelah memperoleh gelar sarjana. Mantra ini
juga yang akhirnya membuat Alif semakin yakin dengan pilihannya menjadi
jurnalis setelah lama merenung berpikir apa sebenarnya yang ia inginkan.
Selanjutnya
soal 5-3-1, deretan angka ganjil yang penuh makna yang muncul di masing-masing novel. A. Fuadi memang cerdas. Bahkan
dalam memilih rangkaian judul untuk trilogi ini. Dari awal-awal rilis aku
sangat penasaran dengan angka 1 yang dipilih di novel terakhir. Siapa sangka
angka 1 itu ternyata sangat sederhana. “Pulang”.
Kemanapun kaki melangkah,
sejauh mana diri berpetualang, tetaplah kembali pulang menjadi akhir dari
perjalanan. Pulang di sini juga memiliki banyak makna. Seperti tokoh Alif yang
merasa nyaman dengan keadaannya di Washington DC. Semua yang menjadi impiannya
akhirnya berhasil dia raih. Dia bahagia. Tapi tidak dengan belahan jiwanya yang
selalu rindu ingin pulang. Pulang kembali ke tanah air. Dan di lain cerita,
tokoh Alif harus ikhlas melepaskan kepulangan sahabat tercinta, Mas Garuda ke
haribaan Rabbnya pada tragedi 11 September. Pulang menimbulkan pergulatan batin
di diri Alif. Meski begitu pulang tetaplah menjadi akhir perjalanan hidup
manusia di dunia ini. Dari mana kita berasal, kelak ke sanalah kita akan
pulang.
Novel nya A Fuadi selalu memberi inspirasi bagi pembacanya
BalasHapusZasachi......Makasih ya review....membuat penasaran utk membaca lanjutannya