Judul Buku : 9 Summers 10 Autumns
Penulis : Iwan Setyawan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN :
978-979-22-9516-0
Cetakan I : Februari 2011
Well
done!
Hari ini aku menamatkan 9 Summers 10 Autumns. Ini novel dirilis
udah lama banget, cetakan pertama aja tahun 2011 dan sudah diangkat ke layar
lebar.
Aku yang gak bisa nonton filmnya
–karena satu dua alasan yang gak penting- sebenarnya punya ekspektasi yang
besar ketika membuka halaman demi halaman novel ini. Secara di social media twitter, komentar para tweeps yang sudah menonton film ini
membuat aku merasa menyesal kenapa tidak bisa menontonnya. Rata-rata komentar
mereka berisi kepuasan akan jalan cerita, akting keren dari para pemain sampe
pesan cerita yang bisa memancing air mata penonton.
So,
meski tak bisa melihat versi layar lebarnya, aku berharap dengan membaca novel
ini aku juga mengalami sensasi yang sama.
But, I was wrong…
9
Summers 10 Autumns bercerita tentang perjalanan hidup sang penulis Iwan Setyawan
dalam meraih mimpi dan cita-citanya. Iwan, anak lelaki satu-satunya di dalam
keluarga bercerita bagaimana pahitnya masa kecil yang dilaluinya. Ayahnya hanya
seorang supir angkot dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Iwan kecil
bersama 4 saudara perempuannya yang lain harus hidup di sebuah rumah kecil di
mereka di kaki Gunung Panderman, Kota Batu. Meski begitu Iwan menggambarkan
bagaimana cinta dan kasih sayang keluarga mampu membuat rumah kecil dan sempit
itu menjadi lapang, hangat dan selalu dirindu.
Meski berasal dari keluarga yang
kurang mampu, namun Iwan serta saudari2nya adalah anak-anak yang berprestasi di
sekolah. Kerja keras dan usaha untuk bisa mengecap pendidikan inilah yang
banyak diceritakan Iwan dalam novelnya.
Dari Kota Apel ke The Big Apple. Siapa coba yang gak penasaran? Aku membayangkan
sebuah cerita yang benar-benar akan membawaku ke masa-masa sulit tersebut.
Kemudian akhirnya aku akan menangis haru ketika mendapati si tokoh utama
berhasil mendarat di New York untuk pertama kalinya. Sensasi itu pasti akan
sulit diuraikan dengan kata-kata. Tapi aku tidak mendapatkan apa yang aku
harapkan. Pfhh… yah, aku hanyalah seorang pembaca dan tentu saja penilaian ini
adalah pure pendapatku setelah
membaca novel ini.
9
Summers 10 Autumns seperti buku harian. Setiap orang bebas akan
mengekspresikan perasaan hatinya dalam sebuah catatan buku harian. Juga sah-sah
saja ingin menuliskan pengalamannya dengan detail atau memilih media puisi
sebagai refleksi dari pengalaman yang dijalani. 9 Summers 10 Autumns ini sebenarnya sangat menarik, benar-benar
memotivasi untuk keep on fighting to
reach what we want to. Sayangnya gregetnya kurang. Alur maju mundur di
novel menjadikan banyak hal-hal yang seharusnya bisa memancing tanya dan
penasaran justru sudah blak-blakan terekspose di awal-awal cerita (keberhasilan
kakak-kakak Iwan sudah muncul di awal-awal cerita). Selain itu, karakter
masing-masing tokoh pendukung gak gitu kuat. Semuanya seperti hanya mampir
sekilas di bab-bab awal. Justru anak kecil yang menjadi temannya (aku yakin ini
fiktif belaka) pun tak begitu terasa karakternya. Entah siapa dia, seperti apa
dia, gak bisa aku bayangkan.
Terlepas dari semua kekurangan cerita
yang aku sebutkan di atas (menurutku ya), cerita ini tetap layak untuk dinikmati.
At least kita akan percaya bahwa gak ada yang gak mungkin. Kita akan melihat
sejauh mana, seberhasil apa kita dalam meraih impian kita itu tergantung dari
seberapa besar usaha kita untuk mendapatkannya. Kalimat terakhir ini
complicated. Aku berusaha mencari kalimat yang lebih sederhana, tapi tetap aku
makin bingung jadinya.Yah, untuk novel yang sangat memotivasi ini aku beri 3/5 bintang.
jadi makin gak minat baca bukunya deh
BalasHapus:(
Hahaha... aku gak menyelesaikan novel ini karena gak menemukan gregetnya.
BalasHapusBut, someday aku akan tetap berusaha untuk menyelesaikannya... biar bsa buat reviewnya.
Soal masa2 sulitnya si Bayek diceritakan di novel Ibuk... dan aku sudah mereviewnya.
belum tertarik belinya. kalau gratis mau sih ^^
BalasHapusMohon maaf lahir bathin :)
Selamat lebaran bagi yang merayakan, selamat liburan bagi yang tidak :D
ini kunjungan perdana saya,
BalasHapussemoga bisa menjalin silaturahmi,
selamat idul fitri 1434 H,
salam hangat dari Banjarbaru – Kalimantan Selatan
suka terharu baca novel perjuangan mewujudkan impian, karena sebesar apa pun rintangan yang dihadapi pada akhirnya tercapai juga, kekurangannya ya gampang ditebak bagaimana endingnya.
BalasHapuswkt baca buku ini, gak terlalu menarik sih. makanya heran juga bisa best seller.
BalasHapusTaqabbalallahu minna waminkum
BalasHapusSelamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1434 H.
Mohon Maaf lahir dan bathin