Beberapa
kali ke toko buku, aku juga pernah melihat buku ini tersusun rapi di rak
penjualan. Sempat juga memegangnya, tapi dikembalikan lagi ke rak. Dulu ya
beda, uang saku juga diperoleh dari ortu. Jadi membeli buku juga benar-benar
dipilih buku mana yang paling diperlukan. Pastilah buku-buku yang berhubungan
dengan perkuliahan. Untuk bisa mengoleksi novel sepertinya aku harus berpikir
ulang zaman itu.
Beberapa
bulan yang lalu akhirnya Totto Chan bisa berada dalam genggamanku. Eits, aku
mendapatkannya dari penjual buku seken. Harganya muraaah banget. Tapi sesuai
juga sih ama kondisi buku yang emang udah tua banget. Tertulis di dalamnya
diterbitkan PT. PANTJA SIMPATI JAKARTA. Kalo edisi yang baru sepertinya
terbitan Gramedia kan ya??
Udah gitu buku Totto Chan yang sudah berada di
tanganku ternyata merupakan cetakan kedua (1986) Wuihhh udah tua banget. Aku
jadi berpikir apa mungkin buku ini adalah warisan dari ortunya si penjual ya??
Oke, karena
sudah memilikinya akhirnya aku bisa menuntaskan membaca kisah si gadis kecil
yang cerdas itu. Totto adalah nama kecil dari penulis (Tetsuko). Menurutnya
karena masih kecil agak susah buatnya menyebut namanya sendiri, sehingga yang
muncul kemudian adalah Totto. Cerita ini berisi kenangan penulis terhadap
sekolah TOMOE, sebuah sekolah dasar di Jepang pada masa-masa perang dunia II.
Sekolah TOMOE berdiri atas inisiatif seorang pemerhati pendidikan dan
anak-anak, Pak Kobayashi (Kepala sekolah TOMOE). Sebelum mendirikan TOMOE yang
"berbeda" dari sekolah umum kebanyakan, ternyata Pak Kobayashi sudah
melakukan riset termasuk memperhatikan bagaimana sekolah-sekolah di Eropa
melakukan sistem pendidikan dan pengajaran terhadap murid.
TOMOE memang
berbeda. Aku jadi iri dengan Totto, karena dia memiliki pengalaman yang luar
biasa saat duduk di bangku SD. Totto Chan pernah berkemah di sekolah, pernah
memasak di alam terbuka, mengunjungi kuil-kuil tua, bercocok tanam, dan
pengalaman2 lainnya. Setiap hari saat pelajaran akan dimulai, semua murid bisa
memulai dengan pelajaran apa yang mereka minati. Jadi tidak ada jadwal/roster
mata pelajaran. Yang suka melukis boleh melukis, yang senang matematika boleh
memulai mengerjakan soal matematika, yang senang mengarang boleh memulai
mengarang. Keren banget. Guru hanya mengawasi. Masuk akal juga sih, karena
jumlah murid di TOMOE tidak banyak. Di kelasnya saja (kelas 1) jumlah murid tak
lebih dari 10 orang. Orang-orang akan menyangka TOMOE sekolah yang aneh, karena
ruang kelasnya sendiri adalah gerbong2 kereta api yang tak terpakai lagi. Tapi
menurutku TOMOE dan Pak Kobayashi adalah sekolah dengan metode pembelajaran
yang sangat sesuai diterapkan. Karena anak-anak telah dilatih untuk menemukan minat
mereka secara alamisejak dini dan diajarkan untuk concern pada minatnya
tersebut.
Masuknya
Totto ke sekolah TOMOE juga bukan tanpa alasan. Sekolah pertama di mana Totto
belajar tidak bisa menerima Totto karena Totto dianggap nakal dan suka membuat
kegaduhan di kelas. Padahal menurutku Totto hanya ingin tau tetapi rasa ingin
taunya terlalu over sampai2 gurunya kewalahan.
Tapi di
TOMOE, berkat metode belajar yang berbeda Totto berhasil menjadi anak yang
manis.
Ada beberapa
bagian cerita di buku ini yang sangat menyentuh. Pertama saat telinga Totto
digigit oleh Rocky sampai daun telinganya terkulai (nyaris lepas). Totto malah
membela Rocky "jangan marahi Rocky..!! Jangan marahi Rocky…!!" saat
orang tuanya ingin memeriksa telinganya yang terluka. Totto dan Rocky sangat
dekat satu sama lain, mengingatkanku akan sebuah kesetiaan hewan pada
majikannya. Bedanya yang ini majikan yang sangat menyayangi anjingnya. Bagian
yang lain saat Totto harus kehilangan teman sekolahnya. Kenangan-kenangan yang
pernah dialaminya bersama si teman membuat mataku ikut meneteskan air mata. Dan
yang terakhir, bagian yang tak mungkin bisa diabaikan begitu saja adalah saat
sekolah TOMOE terbakar karena perang. Murid-murid TOMOE harus berpisah begitu
saja untuk mengungsi.
Di akhir
tulisannnya, tesuko tak lupa menceritakan bagaimana nasib teman-temannya di
TOMOE dulu. Mereka semua bisa dikatakan memiliki masa depan dengan karir yang
bagus.
Judul: Totto-Chan, Si Gadis Kecil di Tepi Jendela
Penulis: Tetsuko Kuroyonagi
keren banget nihbuku. aku dah baca.
BalasHapusaku juga sudah baca...
BalasHapusdan aku menangis tersedu sedu saat Toto Chan menghibur tentara dengan menyanyi kunyah kunyah....
Aku belum baca bukunya, ketinggalan nih....
BalasHapusTapi aku tadi dah baca sekilas dari blok ini.. Maskasihh bbuat yang postingg, dan aku mau beli.. Masih ada gak ya? Mohon informasinya...
Salam Alkatrans Tour and Travel.
wah, klasik! keren tuh :D
BalasHapusBerkunjung dulu ya.
BalasHapusAh ya, aku sudah baca buku ini beberapa tahun yang lalu. Menarik sekali buku ini.
BalasHapusAda lo buku lanjutannya. Sudah baca belum?
dah lama nggak nge blog. mampir ke blogku ya, cuma maklum udah lama nggak di update
BalasHapusgw baca buku totto chan zaman gw kuliah taun 2004an kalo ga salah dan dulu gw sempet mikir n ngehayal kalo suatu saat gw punya anak gw bakal didik persis kaya si totto chan ini,,,dan skg gw udah punya anak gadis umur 4th pengen banget cari sekolah yg persis pake metode di TOMMOE kira2 ada ga yah :p #ngarep sih ada :d
BalasHapus