Cari Blog Ini

Senin, Februari 14

Nyesal Deh...

Malam itu gelap, tanpa cahaya. Gedung-gedung perkuliahan tanpa lampu. Aula, rumah dinas para dosen semuanya sama, tanpa penerangan. Benar-benar gelap, pekat, dan mengerikan. Aku diharuskan berjalan menyusuri jalan kecil menuju hutan mangrove. Aku gak tau pasti apa yang ada di sana. Karena aku juga terpaksa melakukannya.

Tepat di pintu masuk ke hutan mangrove, aku melihat nyala lilin. Aku tau, ada senior yang menunggu di sana. Entah azab apalagi yang akan aku terima. Aku menarik nafas panjang begitu tiba di posko ah akupun lupa itu posko ke berapa. Ada sepasang anak manusia di sana, ya satu pria dan satu wanita. Mereka mengenakan jaket lengkap untuk mengusir dingin. Brrr…. Tiba-tiba aku mendengar suara debur ombak, dan bau air asin yang tak lagi asing. Dingin. Angin laut yang berhembus menyapaku dengan dinginnya.

“Nama kamu siapa?” yang cewek menyapaku ramah, sementara temannya hanya menatapku sambil memeluk tangannya sendiri, mengusir dingin.

“Liza..”

“Kamu jalan ke dalam. Saran saya, berdoalah semoga kamu gak apa-apa selama berada di dalam” kata yang cowok. Aku bergidik ngeri. Benarkah begitu mengerikan di dalam sana? Aku hanya menunduk diam. Aku tidak berdoa, pikiranku dipenuhi bayangan-bayangan mengerikan.

“Berdoa selesai, masuklah ke dalam…”

Tamatlah sudah… Bismillah, aku masuk ke dalam hutan mangrove. Jalan tanah yang dibuat menuju ke pesisir pantainya ternyata tidak begitu sempit, mungkin lebarnya sekitar dua meter. Tapi jalan tanah ini tidak semulus yang aku bayangkan. Aku harus extra hati-hati karena jalannya benar2 tidak rata. Kadang kakiku menyandung gundukan gundukan keras, kadang malah terperosok ke dalam kubangan lumpur. Gelap. Sangat gelap, dan rimbunan mangrove yang berada di kiri kananku berubah menjadi hitam. Tak jauh berjalan, keanehanpun muncul. Ada suara-suara aneh yang mengikutiku. Seperti ada langkah-langkah yang berjalan di belakangku, tapi ketika menoleh aku tidak menemukan siapa-siapa. Aku menajamkan penglihatanku. Dalam gelap, bayangan gelap itu bisa aku tangkap. Mereka tidak sendiri, mereka banyak dan berada dekat denganku. Ya, mereka seniorku. Sama sekali gak lucu. Bersembunyi di akar-akar Rhizopora, Avicennia, Xylocarpus… berpura-pura menjadi hantu. Selamat! Karena dengan begitu takutku hilang.

Setelah jauh berjalan akhirnya aku sampai di posko entah keberapa. Aku kaget. Ada Dewi, temanku di situ. Terduduk lesu di jalan yang tak rata. Pria berkacamata minus, Bang Say. Senior dari para senior sedang menatapku dengan seringainya yang tidak pernah bisa aku pahami apa maksudnya.

“Kamu kenal dia?” tanyanya padaku. Dia menunjuk Dewi. Aku mengangguk, meski aku sendiri masih belum mengerti kenapa Dewi juga bisa berada di sana. Kapan Dewi diculik? Sejak tadi aku selalu merasa aku sendiri korbannya.

“Saya bertanya padanya. Apa beda Marine Center, Marine Station dan Marine Science. Tapi dia tidak menjawab pertanyaan saya. Sekarang, kamu bantu dia. Kamu jelaskan apa perbedaannya. Kalau tidak… “ Dia kemudian tertawa. Aku berpikir keras. Tidak boleh salah. Tapi apa perbedaanya, kalau istilah2 yang barusan dia sebutkan baru saja aku dengar. Kalau dihubungkan dengan kampus, jelas Marine Center adalah gedung yang berada di Pekanbaru. Sedang Marine Station adalah kampus Dumai. Aku menggigit bibir.

“Bagaimana?” tanyanya.

“Marine Center itu Pusat Kelautan, Marine Station itu Stasiun Kelautan dan Marine Science itu Ilmu Kelautan” Aku menjawab cepat karena tidak ingin dia bertindak aneh memperlakukan kami. Tapi akhirnya aku sadar aku salah. Aku hanya menterjemahkan istilah yg dia sebutkan ke dalam bahasa Indonesia. Bego banget… Habislah sudah.

Dia melengos mendengar jawabanku. “Siapa nama kamu?”

“Liza” Aku pasrah, pun seandainya harus merayap di jalan tanah berlumpur itu.

“Coba kamu ulangi apa yang dia bilang barusan” Katanya pada Dewi. Dewi menurut, mengulangi jawabanku. Dia menatap kami bergantian.

“Kamu capek?” tanyanya padaku dengan suara lembut. Aku mencoba menatap matanya, dan melihat dia tulus ingin tau jawabanku. Tapi aku masih takut, dan tidak ingin sembarangan berbicara.

“Tidak” Aku menggeleng.

“Baguslah… kamu boleh jalan lagi..” Aku menghela nafas lega. Sebelum beranjak, aku melihat Dewi yang menatap kepergianku dengan wajah sedih. Ntah apa yang akan terjadi padanya.

Baru beberapa langkah,

“Kalau kamu, apa kamu capek?” Dia menanyakan hal yang sama pada Dewi.

“Iya” jawab dewi dengan suara lemah. Aku memperlambat langkah kakiku. Astaga!!! kenapa Dewi membuat dirinya terlibat dalam masalah?

“Kalau capek, nih minum dulu…”

Whaatt??? Appaaaa??? Apa aku gak salah dengar. Dewi disuguhi minum?? Aaaarrrgghhhhh… Aku bego banget!!! Gara-gara bilang gak capek aku gak dikasi minum. Tegaaa!!! Terlaluuuu!!! Suhu tubuhku meningkat, semburan api mulai terlihat menerangi kegelapan malam itu. “Juuruusssss seribuuu bayangaaannnn…. Hiiiaaatttt, seraaannggg Bang Saaayyyy…...wuuussss… Dhuaaarrrr!!!” Lebay ah. Aslinya aku hanya bisa berjalan lemas menuju posko berikutnya. Nyesal Deh... Nasib….


Pelajaran moral: Kadang hal2 yang kita takutin gak selalu terjadi loh dan jangan takut buat jujur... Buktinya ya, pengalaman aku di atas pas di OPPS/OSPEK waktu kuliah dulu. Kalo diingat2 suka geli sendiri.

14 komentar:

  1. kenangan yg terlupakan ya ..Za....???

    BalasHapus
  2. Gimana kabarnya hari ini....
    Kenangan yang terlupakan atau benar2 dilupakan.

    BalasHapus
  3. mbak sukma dan bu dini => Justru kenangan yg gak mgkn bs aku lupakan... ^^

    BalasHapus
  4. Hmm,,ospek,,indah untuk dikenang tapi tak indah untuk diulang,,,hehehe,,,^_^

    BalasHapus
  5. hahaha :D
    saya waktu ospek malah suka ngerjain balik seniornya dengan acting2 :D

    BalasHapus
  6. Zasachi..aku mampir lagi, ada award disini jangan lupa di ambil ya..http://barbiedini.blogspot.com/2011/02/award-untuk-sahabat.html

    BalasHapus
  7. Jd ingat pas ospek dulu. pikiranx senior itu jahat, seram, dlsb.

    Kakakaka..,

    BalasHapus
  8. juruss sejuta bayangaaaaaaaaaaaannn... ciiaaaaaaaaaattt...
    km kalah ya.

    (jadi ikut sarap) ehehehe

    BalasHapus
  9. @ Fairysha: iyaaa.. bener bgt sist.. lucu2 gmn gitu.. tp klo disuruh ulang, amit2 deh, kecuali klo jd yg ngospek..hehehe gak nolak..

    @ Rian: oya? walah, klo aku gk kepikiran tuh buat acting.. :D

    @ Bu dini: iya, makasih bu Dini.. ^^ maaf lama br online..

    @ Edo: hahahah lo disuruh ngapain aja emangnya do?

    @ kiraitomy: hahahahahahakamu pake sejuta bayangan, ya jelas aku kalah hahahahaha

    BalasHapus
  10. penyesalan selalu datang belakangan...
    coba kalo penyesalan datang diawal

    bahan bacaan saya :
    jurnal
    ekonomi andalas

    BalasHapus
  11. ceritanya nga jauh beda waktu awak ikut pramuka di sekolah dulu non za...main dihutan tengah malam...

    BalasHapus
  12. @ tonikarel: wkwkwkwkwk
    wah ane gak nyangka dapat kunjungan dari pelatih romanisti :D

    BalasHapus

Tinggalin komentar kamu di sini ^^