30 April lalu di sebuah bookfair, aku melihat sebuah novel berjudul Umar bin Khathab. Novel setebal 455 hal tersebut dengan cover berwarna biru mengingatkanku pada buku cerita seri Nabi dan Rasul serta sahabatnya. Abah pernah membelikanku buku cerita Umar Bin Khathab. Memoriku memutar ulang mencoba mengingat siapa Umar. Sahabat Rasulullah yang sebelum mengenal Islam dikenal sangat temperamen. Umar adalah pemuda Quraisy yang dikenal sebagai jagoan, dan sangat membenci baginda Rasulullah. Saking bencinya pada Rasul dan ajarannya Umar bahkan berniat membunuh Rasul. Dengan pedang terhunus ditangan, ia pacu kudanya menuju kediaman Rasul. Tapi ditengah perjalanan, seseorang menghentikan niatnya.
“Sebelum membunuh Muhammad, urusin dulu deh adik kamu itu Umar.”
Umar kaget, “Apa maksudmu?”
Orang itu menjawab, “Lha, adikmu sendiri sudah menyatakan keislamannya. Dia dan suaminya adalah pengikut Muhammad…”. Mendengar itu Umar berang, dia mendatangi adiknya, marah dan bahkan memukul adiknya. Tapi Allah maha pembolak balik hati, Allah memberikan Umar hidayah melalui surah Thahaa…
Aku masih mengingat cerita itu, tentu saja denagn bahasa sederhana ala anak-anak dan hanya sebatas itu.
Novel Umar bin Khathab karya Najib kaylani ini membuatku penasaran. Aku pikir pasti ada hal lain tentang Umar yang akan aku temui dengan membacanya. Pada covernya, K.H. A. Hasyim Muzadi mengemukakan pendapatnya,
tidak gampang menulis sejarah dalam bentuk sebuah roman, karena mesti melibatkan cita rasa kesusastraan sekaligus pengetahuan detail-detail fakta sejarah di dalamnya. Karya Najib kaylani ini setidaknya menunjukkan hal itu, yang meski di satu sisi mungkin perlu dikritisi lebih jauh secara ilmiah, tetapi di sisi lain patut mendapatkan pujian lantaran berhasil menggambarkan sejarah tokoh besar Islam Umar bin Khathab secara lebih hidup dan penuh warna dibanding kebanyakan tulisan-tulisan sejarah lainnya
Setelah membacanya, aku berkesimpulan bahwa novel ini masih kurang menceritakan sosok Umar. Najib hanya menggambarkan Umar secara umum. Cerita ini bermula ketika Umar berniat membunuh Rasulullah, seperti yg pernah aku baca sebelumnya. Setelah itu cerita berlanjut di masa2 Rasulullah hijrah ke Madinah. Dan tentang Umar hanya sedikit… meski begitu aku pikir Najib berhasil menggambarkan bagaimana keadaan muhajirin pada waktu. Novel ini banyak bercerita tentang bagaimana perang Badar, Uhud dan Khandaq. Dan Umar digambarkan sebagai sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah. Bersama dengan Abu Bakar, Ali dan Ustman selalu setia bersama Rasul ketika menghadapi berbagai kondisi buruk di Madinah. Umar adalah sosok yang sangat jeli dan memiliki pandangan mata yang tajam. Dan Umar tidak segan2 mengeluarkan kata2 menusuk pada orang yang diyakininya sebagai Munafik, seperti Abdullah bin Ubay. Beberapa kali Abdullah megeluh ketakutan melihat sorot tajam mata Umar. Dan berkali-kali pula Umar mengatakan kepada Abu Bakar bagaimana ia ingin sekali menghukum Abdullah bin Ubay.
Satu lagi kelebihan novel ini, Najib berhasil dan benar2 bisa menggambarkan seperti apa kaum yahudi pada masa itu. Bagaimana mereka yang pada awalnya menyatakan kesetiaan kepada rasul tapi diam2 kemudian membelot ikut memerangi Rasul. Bagaimana kemudian mereka satu persatu terusir dari tanah madinah. Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Gambaran sikap dan prilaku yahudi di novel ini bener2 bikin geregetan. Emosiku sebagai pembaca ikut terbakar. Dibagian ini Najib benar2 berhasil.
Tak banyak tentang Umar yang aku temukan, tidak ada cerita tentang keluarganya, seperti apa rumah tangganya, tapi meski begitu novel ini berhasil menggambarkan sejarah islam pada waktu itu. Dengan bahasa yang ringan, sejarah itu ditulis dengan begitu indah
Judul buku: Umar bin Khathab, Terbakar Risalah Muhammad
Penulis: Najib Kaylani
Penerbit: Pustaka Iman
Harga: -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalin komentar kamu di sini ^^