Episode Sepatu Baru



Seorang ibu terhenyak kaget saat mendapati dompet yang berisi uang miliknya hilang. Wajahnya tiba-tiba pias, pucat, dan ia menatap putrinya lama tanpa bicara.

"semuanya Rp. 7500, Bu.." Penjaga toko di mana si Ibu berbelanja kembali mengingatkan bahwa semua pesanan si Ibu sudah di bungkus rapi dan Ibu tersebut harus segera membayar belanjaannya. Ibu tersebut kaget, dengan cepat merogoh saku roknya, mengeluarkan uang Rp 10.000 dan membayar belanjaanya. Sambil menunggu uang kembalian, putrinya yang merasa aneh mendekatinya,

"Bunda kenapa?"

Yang ditanya menatap putrinya lama, matanya mulai berkaca2...
"Dompet Bunda hilang, Nak..."


"Hilang?? Hilang di mana Bu? Udah diperiksa tasnya? jangan2 tertinggal di rumah.."

Penjaga toko yang kembali dengan uang kembalian ikutan kaget. Suaranya yang besar membuat beberapa pembeli yang berada disitu ikut nimbrung dan mulai mengerubungi Ibu tersebut. Semua bersimpati dan yakin mungkin ada orang yang telah mencopet si Ibu, karena tas tangan Ibu tersebut telah sobek di salah satu sisinya.

"Apa saja isinya Bu? apa ada surat2 penting?"

"Sebelum kemari Ibu belanja dimana?"

Si Ibu mencoba tersenyum, menggeleng lemah. Uang di dompetnya tidak banyak, hanya cukup untuk membeli sepasang sepatu baru untuk putrinya yang akan memulai hari pertamanya di bangku SMP esok hari. Ia menggandeng tangan putrinya keluar dari toko dan berjalan lunglai..

"bagaimana kamu besok sekolah... Bunda gak bisa beliin kamu sepatu baru..." Matanya berkaca2 menahan tangis. Putrinya maklum, ibunya pasti sangat sedih karena uangnya dicopet.

"pakai sepatu yg lama aja, masih muat kok" Katanya mencoba menghibur Ibunya.

"Kita pulang aja ya... uang yang tersisa gak cukup untuk sepatu baru..."

putrinya hanya mengangguk.

Ketika meleati emperan2 toko menuju tempat tempat di mana para penarik becak berkumpul, disebuah gang sempit, Ibu tersebut menghentikan langkahnya, Ia mengajak putrinya masuk dan disana ada orang yang sedang menggelar dagangannya, sepatu.

"Murah bu, buat anak sekolah..."
Setelah melihat2, Ibu tersebut mengurungkan niatnya, sepatunya baru, tapi Ibu itu tau kualitasnya tidak bagus.

"Ayo lah Bu.. murah kok.. Ambil sepasang Bu..." sipenjual mencoba mengejar Ibu tersebut yang hendak beranjak... Ibu itu menoleh ke putrinya. Kemudian kembali merogoh sakunya. Masih ada satu lembar uang sepuluh ribu dan beberapa lembar uang ribuan, mungkin kembalian dari toko terakhir tadi.

"Kamu mau pake sepatu itu dulu? kalo mau, bunda belikan.. minggu depan Bunda ganti dgn sepatu yang lebih bagus"

Putrinya menatap sepatu itu lama, warna hitam tidak bertali. Harganya cuma 10 ribu, pasti sepatunya gak kuat.

"Gak usah Bunda, kan uangnya bisa dipake baut ongkos kita pulang..."
Si ibu tersenyum bijak.

"Kalo kamu mau pake sepatu baru di hari pertama besok pake ini dulu ya... ongkos becak kita bayar di rumah. Bunda janji, minggu depan kita cari sepatu yang bagus. putrinya akhirnya mengangguk.

Malam harinya, saat melewti kamar Ibunya, anak perempuan itu mendengar suara Ibunya menangis. Ibunya sedang bercerita pada Ayahnya kejadian yang menimpanya. Ia mendengar semuanya. Dan perlahan ia ikut menangis. Ternyata ibunya menangis bukan karena kehilangan dompetnya, tapi karena tidak bisa membelikannya sepasang sepatu baru sebagai hadiah karena ia memperoleh nem tertinggi di sekolahnya.

"Sudahlah... mungkin uang itu memang bukan rizki kita... Minngu depan kita bisa belikan dia sepatu yang bagus...Lagi pula dia tidak menolak sepatu yang tadikan?" Itu suara Ayahnya

"Dia tidak menolak, tapi aku merasa bersalah tidak bisa membelikannya sesuatu yang lebih baik, prestasinya hanya kita hargai dengan sebuah sepatu seharga 10.000 ribu.."
Ibunya terisak lagi.

Anak perempuan itu berjalan perlahan menjauhi kamar orangtuanya kembali ke kamarnya. Di sana dia kembali menangis. Bunda sangat mencintainya, sampai merasa bersalah ketika tidak bisa membelikannya sepatu baru. Bunda sangat mencintainya sampai semua untuknya harus yang bagus. Ibunya menghargai prestasinya, tapi apa dia sudah menghargai apa yang selama ini sudah Ibunya curahkan untuknya? Lantas apa yang sudah dia berikan pada Bundanya?. Mengingat itu semua dia kembali menangis.

Teman, kamu tau siapa anak perempuan itu? Dia adalah aku.
sumber gambar: sepatu

Komentar

  1. baca cerita ini jujur mengigatkan aku yang samnpai sekarang rasanya belum pernah buat ibu aku bangga, bawaannya nyusiahin melulu padahal umur udah segini banyak.. tahx udah ingatin aku dari cerita ini ya zha,,

    BalasHapus
  2. ya ampun, sistaa... ini kisah nyata?
    aku baca sampai mata berair...dan sungguh2 terharu... aku jadi merasa aku masih belom membanggakan mama ku juga...

    BalasHapus
  3. @ina: iya in, kalo ingat kejadian itu aku sedih bgt..

    BalasHapus
  4. semoga kita diberi waktu utk membahagiakannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalin komentar kamu di sini ^^