Halloooo...
Assalamu'alaikum 😊
I'm back 😁
Entah kenapa aku kepikiran untuk kembali menulis di sini. Meski sebenarnya aku gak begitu yakin apakah aku bisa konsisten kembali menulis atau ntar hiatus lagi 🤔
Baiklah, postingan pertama di tahun 2018 ini tentang novel karya S. Mara Gd yang baru aja selesai aku baca untuk kedua kalinya.
Judul buku: Misteri Gadis Tak Bernama
Penulis: S. Mara Gd
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Bagi kalian yang suka baca cerita-cerita detektif pasti gak asing dengan penulis novel satu ini. Tokoh kapten polisi Kosasih dan sahabatnya Gozali adalah dua sahabat berotak encer dalam menyelesaikan kasus-kasus yang selalu muncul disetiap novel misterinya. Atau jangan-jangan ada yang lebih mengenal Kosasih dan Gozali dibandingkan orang dibalik penciptaannya 🤔😂 Ya jangan sampai dunk 😄
Jadi di novel ini, Kosasih dan Gozali mendapat sebuah kasus yang sangat rumit. Seorang mayat wanita ditemukan tanpa identitas di sebuah rumah. Masalahnya menurut saksi mata yang diintrogasi, mayat yang ada bukanlah mayat si pemilik rumah. Tidak ditemukan kartu identitas atau apalah yang bisa memberikan clue bagi Kosasih dan Gozali mengenai identitas si mayat. Karena itulah kedua sahabat itu kemudian memulai pencarian bukti-bukti dengan mencari si pemilik rumah.
Pemilik rumah bernama Ani menurut beberapa saksi mata terlihat meninggalkan rumahnya di malam terjadinya pembunuhan. Tapi menurut Citra dan teman-teman Ani lainnya, kemungkinan Ani pelaku pembunuhan sangat kecil alias gak mungkin. Karena Ani dikenal sebagai pribadi yang sangat baik dan jujur. Ani adalah sahabat Citra. Mereka berdua seperti sudah seperti saudara. Memutuskan berbisnis butik bersama. Ani adalah designer andalan Citra dalam menghasilkan dress dan gaun-gaun yang cantik dan selalu dicari pelanggannya. Karena itulah Citra yakin bukan Ani pelakunya.
Hal yang sama juga disampaikan Johan, pria yang naksir sama Ani. Dia malah yakin bahwa Ani juga adalah korban dan saat itu barangkali sedang disekap oleh pembunuh sebenarnya.
Kapten polisi Kosasih dan Gozali benar-benar buntu. Tidak ada laporan orang hilang yang masuk. Mayat yang ditemukanpun menurut saksi mata bukan Ani, dan keberadaan Ani yang menghilang setelah kejadian pembunuhan tersebut tidak dapat dilacak. Tapi yang namanya kejahatan, sebaik apapun disimpan pasti akan tercium juga. Berkat Benny, putra semata wayang Citra yang meninggalkan memo di meja kapten polisi Kosasih, perlahan tapi pasti kebuntuan kasus pembunuhan tersebut menemukan titik terang. Gozali, pemuda yang memiliki indra keenam (katanya), akhirnya berhasil memancing pelaku sebenarnya untuk mengaku. Siapakah dia??
Rasanya gak bisa berhenti melahap lembar demi lembar perjalanan dua sahabat yang berusaha memecahkan kasus tersebut. Cerdas banget nih menurut aku si Gozali. Selama membaca novel ini, aku pun berusaha menganalisa dan menebak siapa pelaku sebenarnya. Tetapi dugaanku meleset. Gak seperti yang dibayangkan.
Jadi terpikir bahwa tidak mudah menjadi seorang detektif. Seorang detektif dituntut harus bisa berpikir out of box. Seorang detektif gak bisa menaruh kepercayaan kepada siapapun yang menjadi target "tersangka". Orang yang terlihat baik bisa saja menjadi pelakunya, dan yang terlihat jahat belum tentu juga benar-benar jahat. Pokoknya yang model-model baperan susah jadi detektif 😂😂😂
Ada beberapa hal menarik yang aku dapatkan dari kisah Gozali di novel ini:
1. Menurut Gozali, anak tak seharusnya berkewajiban mengurus orang tuanya yang sudah tua. Baginya, merawat orang tua dilakukan karena cinta bukan kewajiban. Cinta akan melahirkan ketulusan, tidak akan ada kepura-puraan, tidak ada keluhan. (Sepertinya nampar banget gitu). Seperti halnya ketika ibadah kita karena cinta, efeknya juga bakal beda dengan ibadah yang sekedar pelepasan kewajiban saja.
Aku pikir banyak dari kita yang masih dalam tahap belajar dalam hal CINTA ini.
2. Hubungan orang tua dan anak tidak bisa diputuskan. Meskipun orangtua memutuskan untuk berpisah. Ini prinsip Citra. Tidak ada mantan anak. Anak ya tetap anak kedua orangtuanya meski mungkin kedua orang tuanya tidak lagi bersama. Tapi kedua orang tua yang memutuskan untuk berpisah tidak boleh egois melupakan hak anak untuk mendapatkan kasib sayang dan perhatian dari keduanya.
3. Bekerjalah dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab. Bukan karena nominal gaji atau tunjangan. Ya Allah... Ini pesan kapten polisi Kosasih. Bagian ini juga nampar banget 😢
Baiklah. Mungkin itu saja dulu untuk saat ini. Doain semoga aku makin rajin update blog ini lagi 👍✋✋
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalin komentar kamu di sini ^^