Sebelum acara penilaian kecamatan terbaik tingkat
provinsi tahap final tahun 2012 berlangsung di Kecamatan Medan Petisah Kota
Medan seminggu yang lalu, aku dan rekanku Kak Uli mampir sejenak di Perpustakaan daerah Kota
Medan. Kak Uli mengembalikan beberapa buku yang dipinjamnya sekalian akan
meminjam beberapa buku baru. Akupun tergoda untuk melihat-lihat koleksi
buku-buku yang ada di perpustakaan tersebut. Sayang, aku bukan anggota dan
tidak bisa menjadi anggota karena kartu identitas yang aku miliki menjelaskan
bahwa aku berdomisili di Kota Binjai. Sementara syarat untuk menjadi anggota
adalah mereka yang kartu identitasnya menunjukkan bahwa mereka adalah warga
Kota Medan. Hmm… Tak apa, Kak Uli menghiburku dengan membolehkan aku memilih
satu novel yang akan dipinjam atas namanya.
Pilihanku jatuh pada salah satu dari begitu banyak
seri Laura Ingalls. Ya, bagi kalian yang lahir di era 80an tentunya tak asing
dengan serial Laura Ingalls bersaudara. Laura kecil yang cerdas. Hari-harinya
dilalui dengan petualangannya bersama saudara dan juga teman-temannya di ladang
peternakan di mana mereka tinggal. Sebenarnya aku masih sangat kecil waktu itu.
Tapi ada beberapa episode dari cerita Laura yang masih menempel di ingatanku
sampai sekarang karena episode itu sangat berkesan dan sangat menginspirasi
buatku. Seandainya serial Laura tersebut bisa diputar ulang :D
Dulunya diputar di TVRI ^o^
Sumber gambar dari sini
Laura Ingalls
Sumber gambar dari sini
Kembali ke acara penilaian kecamatan terbaik. Meski
aku sangat terganggu dengan seremoni penyambutan tim penilaian yang begitu
heboh, toh aku tidak bisa berbuat apa-apa selain ikut menyaksikan acara
tersebut. Aku hanya berpikir, tim yang melakukan penilaian seharusnya langsung
turun ke lapangan. Melihat seperti apa kehidupan masyarakat sekitar, melihat
sejauh apa perkembangan industri-industri kecil yang jadi binaan ibu-ibu PKKnya, bertanya langsung kepada masyarakat
sekitar apa keluhan mereka, apakah pemerintah sekitar pro terhadap mereka,
apakah pemerintah sekitar selalu siap melayani segala kebutuhan mereka.
Seharusnya seperti itu, menurutku. Ah, sudahlah.. seperti yang tadi aku katakan
aku gak bisa melakukan apa-apa selain ikut menyaksikan.
Ini beberapa kreasi masyarakat setempat yang
dipamerkan di acara tersebut yang menarik perhatianku karena menurut mereka dibuat dari kotak rokok.
Sudah familiar banget kan dengan ketiga bangunan di atas. Pastinya gak mudah membuat miniatur bangunan-bangunan terkenal dunia seperti itu. Selain harus extra sabar juga harus teliti. Well, kali ini ceritaku benar-benar gak fokus. Ngalor ngidul gak tentu arah. Tapi meskipun begitu, asyikin ajalah ya..
suka banget dg novel2 ttg Little house. tapi dah lupa. dulu pernah baca sih
BalasHapusWah temanya sama donk dengan tema Buku tulisan saya
BalasHapusIya, dulu pernah diputar di TVRI, hehehe...
BalasHapusWah, mantaps tuh miniaturnya, tentu membutuhkan kejelian dan kesabaran dalam membuatnya.
jadi mengenang masa lalu yach kalo gini... ^_^
BalasHapusitu miniaturny keren zaa...
BalasHapuseh ya, p kbar za?
Aku dulu suka sekali nonton Film little house in the prairie setiap minggu. Jadi kangen pengen lihat laura ingals lagi :)
BalasHapusAsyik tuh Perpustakaan daerahnya.. kayaknya koleksi bukunya lumayan lengkap juga,
BTW lama gak mampir kesini, templatenya baru bagus lho. Eh, skrg sudah PN belum?
laura ingalls....kisah episode saat kecil sungguh mengharu biru, namun kisah setelah dewasa..sudah menyerupai sinetron indonesia di saat kini :-)
BalasHapuslaura ingalls, senada dengan Bang HAri. Little house on the prairi merupakan drama keluarga yang naturally dan membumi. Andai bisa diputar ulang juga yaaa?
BalasHapuskreatif amat ya bisa bikin miniatur kayak gitu
BalasHapuskeren sob.
BalasHapussukses selalu :)