Cari Blog Ini

Minggu, November 25

Ngalor Ngidul

Sebelum acara penilaian kecamatan terbaik tingkat provinsi tahap final tahun 2012 berlangsung di Kecamatan Medan Petisah Kota Medan seminggu yang lalu, aku dan rekanku Kak Uli mampir sejenak di Perpustakaan daerah Kota Medan. Kak Uli mengembalikan beberapa buku yang dipinjamnya sekalian akan meminjam beberapa buku baru. Akupun tergoda untuk melihat-lihat koleksi buku-buku yang ada di perpustakaan tersebut. Sayang, aku bukan anggota dan tidak bisa menjadi anggota karena kartu identitas yang aku miliki menjelaskan bahwa aku berdomisili di Kota Binjai. Sementara syarat untuk menjadi anggota adalah mereka yang kartu identitasnya menunjukkan bahwa mereka adalah warga Kota Medan. Hmm… Tak apa, Kak Uli menghiburku dengan membolehkan aku memilih satu novel yang akan dipinjam atas namanya.



Pilihanku jatuh pada salah satu dari begitu banyak seri Laura Ingalls. Ya, bagi kalian yang lahir di era 80an tentunya tak asing dengan serial Laura Ingalls bersaudara. Laura kecil yang cerdas. Hari-harinya dilalui dengan petualangannya bersama saudara dan juga teman-temannya di ladang peternakan di mana mereka tinggal. Sebenarnya aku masih sangat kecil waktu itu. Tapi ada beberapa episode dari cerita Laura yang masih menempel di ingatanku sampai sekarang karena episode itu sangat berkesan dan sangat menginspirasi buatku. Seandainya serial Laura tersebut bisa diputar ulang :D

 Dulunya diputar di TVRI ^o^
Sumber gambar dari sini

Laura Ingalls
Sumber gambar dari sini

Kembali ke acara penilaian kecamatan terbaik. Meski aku sangat terganggu dengan seremoni penyambutan tim penilaian yang begitu heboh, toh aku tidak bisa berbuat apa-apa selain ikut menyaksikan acara tersebut. Aku hanya berpikir, tim yang melakukan penilaian seharusnya langsung turun ke lapangan. Melihat seperti apa kehidupan masyarakat sekitar, melihat sejauh apa perkembangan industri-industri kecil yang jadi binaan ibu-ibu PKKnya, bertanya langsung kepada masyarakat sekitar apa keluhan mereka, apakah pemerintah sekitar pro terhadap mereka, apakah pemerintah sekitar selalu siap melayani segala kebutuhan mereka. Seharusnya seperti itu, menurutku. Ah, sudahlah.. seperti yang tadi aku katakan aku gak bisa melakukan apa-apa selain ikut menyaksikan. 

Ini beberapa kreasi masyarakat setempat yang dipamerkan di acara tersebut yang menarik perhatianku karena menurut mereka dibuat dari kotak rokok.


Sudah familiar banget kan dengan ketiga bangunan di atas. Pastinya gak mudah membuat miniatur bangunan-bangunan terkenal dunia seperti itu. Selain harus extra sabar juga harus teliti. Well, kali ini ceritaku benar-benar gak fokus. Ngalor ngidul gak tentu arah. Tapi meskipun  begitu, asyikin ajalah ya..

10 komentar:

  1. suka banget dg novel2 ttg Little house. tapi dah lupa. dulu pernah baca sih

    BalasHapus
  2. Wah temanya sama donk dengan tema Buku tulisan saya

    BalasHapus
  3. Iya, dulu pernah diputar di TVRI, hehehe...
    Wah, mantaps tuh miniaturnya, tentu membutuhkan kejelian dan kesabaran dalam membuatnya.

    BalasHapus
  4. jadi mengenang masa lalu yach kalo gini... ^_^

    BalasHapus
  5. itu miniaturny keren zaa...
    eh ya, p kbar za?

    BalasHapus
  6. Aku dulu suka sekali nonton Film little house in the prairie setiap minggu. Jadi kangen pengen lihat laura ingals lagi :)

    Asyik tuh Perpustakaan daerahnya.. kayaknya koleksi bukunya lumayan lengkap juga,

    BTW lama gak mampir kesini, templatenya baru bagus lho. Eh, skrg sudah PN belum?

    BalasHapus
  7. laura ingalls....kisah episode saat kecil sungguh mengharu biru, namun kisah setelah dewasa..sudah menyerupai sinetron indonesia di saat kini :-)

    BalasHapus
  8. laura ingalls, senada dengan Bang HAri. Little house on the prairi merupakan drama keluarga yang naturally dan membumi. Andai bisa diputar ulang juga yaaa?

    BalasHapus
  9. kreatif amat ya bisa bikin miniatur kayak gitu

    BalasHapus
  10. keren sob.
    sukses selalu :)

    BalasHapus

Tinggalin komentar kamu di sini ^^