That was crazy, but we did it ^o^

#Bagian 5

Ide gila itu datang dari Yuan. 
"Coba pikir, ngapain juga kita ke Jogja tanpa Van? Bukankah Jogja adalah tujuan kita bersama? Besok pagi nyampe di sana tanpa Van, trus kita mau ngapain??" Kata-kata Yuan itu disampaikannya saat bus yang kami tumpangi berhenti di sebuah rumah makan di sekitar Ngawi. Kami bertiga sedang berusaha menikmati menu makan malam di waktu jarum jam menunjukkan angka 01.45 pagi waktu setempat.
"Ini sih usul, itu juga kalau kalian setuju. Gimana kalo kita ke Semarang aja. Kita habisin setengah hari kita di sana. Besok sore dari Semarang baru kita ke Jogja. Van juga nyampe dari Surabaya besok malam. Pas kan??"
Semarang sebenarnya gak masuk dalam list tujuan perjalanan kami. Semua ini benar-benar di luar rencana.
"Emangnya apa yang mau dilihat di sana?" Tanyaku.
"Banyak.. Kita bisa ke simpang lima, ke Lawang Sewu.. Itu loh bangunan peninggalan Belanda yang katanya berhantu, atau... kita juga bisa mengunjungi Mesjid Kubah Terbuka..."
Mendengar nama Mesjid Kubah Terbuka aku langsung tertarik. Aku sudah bisa merasakan bagaimana nikmatnya berwisata religi dengan mengunjungi mesjid. Wia yang juga belum pernah ke Semarang juga setuju. Akhirnya malam itu kami bertiga membuat kesepakatan baru. Kami akan ke Semarang.

Jumat, 28 September 2012
Kesasar sampai Tumanggung

Matahari belum nampak saat aku berusaha melihat dari kaca jendela bus pemandangan di luar sana. Di luar masih gelap karena subuh datang merambat. Meski masih gelap, aktivitas masyarakat Jogja sudah terlihat. Jalanan sudah dilalui beberapa kendaraan bermotor. Dengan membaca papan iklan, plang, markah jalan, atau apalah itu aku sudah dapat memastikan kalau kami sudah berada di Jogja. Aku melirik ke bangku Yuan dan Wia, mereka masih terlelap. 

Beberapa menit kemudian terdengar kondektur berteriak "Jogja.. Jogja... Ayoo yang turun di Jogja..." Beberapa penumpang di bus mulai antri turun satu persatu dari bus. Aku melihat dua rekanku. Mereka sudah terbangun dari tidurnya. Tapi mereka terlihat santai, tetap duduk di bangkunya. Akupun tetap duduk manis di bangkuku. Bus kemudian bergerak lagi. Aku asyik melihat ke luar jendela. Menikmati bagaimana gelap berangsur-angsur menjadi terang. Sampai akhirnya aku terbelalak saat melihat gapura bertuliskan "Selamat Datang di Propinsi jawa Tengah". Kemudian markah jalan bertuliskan "Semarang" hampir terlihat sepanjang jalan. Aku baru sadar dengan rencana semalam. Saat kembali melirik ke bangku Yuan dan Wia, Wia yang memperhatikanku sambil memainkan sebelah matanya "Kita ke Semarang.." katanya tanpa suara.

Aku menikmati perjalanan itu. Terus melihat pemandangan di luar dari kaca jendela. Sampai kemudian secara mendadak Yuan meminta kondektur untuk menurunkan kami di sebuah SPBU. Meski gak yakin apakah aku sudah tiba di Semarang atau belum, aku mengikuti Yuan dan Wia menggendong ransel dan turun dari bus. Bus berlalu meninggalkan kami dan Wia kemudian tertawa keras, "Kita kesasar.. Hahahahaha"  

Yuan baru menyadari kalau kami kesasar saat tidak lagi menemukan markah jalan bertuliskan "Semarang". Inilah resikonya perjalanan yang tanpa rencana. Bertiga kami tertawa menikmati pagi kami di Tumanggung. Di SPBU kami membersihkan diri kemudian berjalan perlahan ke terminal kecil. Di sana kami mencari sarapan, sayang tidak ada lontong pecel, nasi uduk atau gorengan. Jadinya kami hanya memesan teh manis panas dengan roti isi cokelat. Sambil menikmati sarapan seadanya, kami bertanya ke penjual roti rute ke Semarang dan tarif ongkosnya. Menurut ibu yang menjual roti, kami harus balik lagi ke Simpang Secang, dari sana nyambung naik bus tujuan Semarang. It's so simple, rite??   

Di simpang Secang, tepatnya di pos polisi kami bertanya lagi ke Pak Polisi yang bertugas. Biar gak kesasar lagi. Pak Polisi menerangkan panjang lebar. Harus naik apa, ongkosnya berapa dan lama perjalanannya. Pak Polisi juga nyaranin agar kami memilih bus eksekutif karena khawatir dengan kami bertiga yang cewek semua. Menurutnya bus eksekutif lebih aman dibandingkan bus ekonomi. Pak Polisi gak tau kalau kami backpacker-an sih, jadi kami harus pilih yang ekonomi. Bus eksekutif hanya akan kami pilih jika perjalanan malam mengingat kami juga harus istirahat/tidur di bus. Pak Polisi akhirnya membantu mencarikan bus ekonomi sambil berpesan "hati-hati yaa..." 
Bismillah... perjalanan ke Semarang berlanjut  

Mesjid Agung Jawa Tengah

Kami tiba di terminal Terboyo Semarang sekitar pukul sepuluh lewat. Kondisi terminal ramai banget. Hampir semua orang menghampiri kami untuk bertanya "mau ke mana?" belum lagi keadaan terminal yang sedikit kotor, bau pesing di mana-mana. Kami gak mau bertanya ke sembarang orang. Untunglah ketemu polisi lagi. Pak polisi langsung membantu mencarikan bus tujuan Mesjid Agung. Ya, tujuan pertama kami Mesjid Agung.

Gak seperti yang dibayangkan, ternyata bus yang membawa kami jalannya mirip keong. Lambaaaat dan ngetem mulu di beberapa titik. Jarum jam terus berputar. Dan kami lebih banyak berada di dalam bus  
Saat tiba di mesjid Agung, terlihat banyak jama'ah yang juga memasuki halaman mesjid. Baru sadar kalau hari itu adalah hari jum'at. Ya Allah... senangnya bisa mengunjungi salah satu mesjid-Mu ini. Rasanya bersyukuurrr banget Allah telah meringankan langkah dan memudahkan perjalanan kami. Di Mesjid kami membersihkan diri kemudian melaksanakan sholat. Setelah itu kami lebih banyak mengagumi arsitektur mesjid sambil melepas lelah. 

Ini bangunan di luar batas suci, seperti sebuah beranda.
Ada banyak pilar-pilar dengan hiasan kaligrafi di bagian atasnya.
Salah satu kaligrafinya bertuliskan surah al-fatihah.

Di depan menara mesjid
Inilah bangunan mesjid dengan 6 payung hidrolik raksasa yang
bisa terbuka dan tertutup dengan otomatis. Inilah yang dimaksud Yuan dengan kubah terbuka

Rasanya ingin tetap berlama-lama. tapi tetap waktu belum mengizinkan. Setelah merasa cukup puas, kami beranjak meninggalkan mesjid. Makan siang sebentar di warung nasi di sekitar mesjid. Menurut Yuan waktu yang kami miliki tak mencukupi untuk melanjutkan perjalanan ke Lawang Sewu. Kami harus segera berangkat ke Jogja sore itu juga. Dalam hati hanya bisa berdoa semoga kelak bisa datang lagi ke sini. 

Dari rumah makan kami naik angkot, tujuan kami terminal. Kami dua kali ganti angkot. Waktu sopir angkot ke dua tau kalau kami mau ke Jogja, si sopir dengan berbaik hati mengantar kami ke pool bus terdekat. Syukurlah masih ada bangku kosong di dalam bus yang akan berangkat ke Jogja sore itu. Perjalanan kami berlanjut lagi..
Di dalam perjalanan kembali ke Jogja aku bersyukur dengan ide gila dadakan Yuan yang mengajak kami ke Semarang. Dalam diam aku tersenyum mengingat kejadian makan malam di Ngawi tersebut.

(Bersambung lagi yaa..)










Komentar