Label Customer Versi zasachi



Kalo ibunya Ikal punya pendapat dan bisa mengelompokkan hal2 aneh pada orang ke dalam kelompok urutan penyakit gila, aku pikir aku juga punya pendapat sendiri tentang customer yang saban hari aku hadapi.

Kali ini aku ingat dengan 2 percakapan yang sangat bertolak belakang. yang satu nyenangin, yang satunya lagi nyebelin. Yah, resiko kerjaan, gak ada pekerjaan yang gak bikin mumet, gak biki capek, gak bikin gerah... dan so on. Semua punya sisi nyenangin dan sisi nyebelin. Yang terpenting gimana ngejalani itu semua dengan lapang dada.

Beberapa hari yang lalu, sebelum gempa di Sumbar terjadi, seorang customer terhubung ke mejaku. Seperti biasa, aktifitas ngobrolpun dimulai...

Kring.... (aslinya gak berdering gitu)


aku: Pusat layanan informasi, selamat siang, dengan Liza ada yang bisa dibantu?
customer: Mbak, tolong beri saya no telp di alamat bla bla bla... (dia, cowok nyebutin alamat dengan lengkap dan aku mencari data telp yang diminta)

aku: baik, mohon ditunggu sebentar
(gak lama mencari, kebetulan juga data yang diminta masih no telp seputaran medan, ya lumayan gampanglah, no telp yang diminta akhirnya ketemu)

aku: terima kasih masih menunggu, baik pak no telpnya 061xxx

customer: ada yang laen?

aku: baru satu line, pak

customer: hmm... atas nama siapa ya, kalo boleh tau?

aku: maaf pak, tidak bisa konfirmasi atas nama.

customer: gitu ya? tapi siapa yang tau? toh kita juga ngomongnya di telp, kan gak ada yang tau, tolong dong mbak....
(pinter bangeeettt.... kek yang tau gimana orang kerja, masya Allah....)

aku: maaf pak, kami tidak bisa konfirmasi atas nama pemilik telp.
(aku ngomong standarlah... sedikit penegasan bahwa itu adalah prosedur)

customer: sekarang saya tanya, gimana kalau ini sangat penting, mbak masih gak mo ngasih?
(udah siang, capek, di ajak berantem lagi...)

aku: Baik, untuk sesuatu yang sifatnya sangat penting, pastinya juga tidak melalui saluran telepon, ada prosedur tersendiri Pak.
(maksa banget neh...)

customer: kalo ini kepentingan densus 88, gimana?
(jangankan densus 88, pak SBY yang minta juga kagak bisa.... eitsss... yang ini cuma dalam hati doang)

aku: maaf pak, seperti yang saya katakan sebelumnya, untuk hal yang lebih penting ada prosedur tersendiri. Ada lagi yang bisa saya bantu?
(emang susah ngomong sama orang yang gak ngerti, pake bawa densus 88 lage)

customer: aahh, ya udah deh...
tut...tut...tut...
(tuh kan, bilang makasih aja kagak...)

Untuk case di atas aku kasi label customer yang maksa banget.



Kalo yang ini lumayan nyenangin...
aku: Pusat layanan informasi, selamat pagi, dengan Liza ada yang bisa dibantu?
customer: Selamat pagi mbak Liza. Saya (dia menyebutkan namanya) dari Surabaya. Tadi saya sudah menghubungi pusat informasi untuk no telp (dia sebutkan nama instansi). Tadi saya telah diberi no telp (dia sebutkan no telp nya) tetapi setelah saya coba, masuk ke mesin fax. Maaf mbak, apa ada line telp yang laen?
(aku sudah menemukan data telp instansi yang diinginkannya begitu dia selesai berbicara)

aku: Mohon maaf, pak. Kami akan melaporkan ke data entry untuk kesalahan no telp tersebut. Untuk instansi tersebut, bapak bisa coba di line telp yang lain (sambil menyebutkan no yang diminta)

customer: Terima kasih mbak atas informasinya, selamat siang dan selamat bertugas..

aku: terima kasih kembali, selamat siang...
(cintaaa banget dapat customer yang model ginian... ngomongnya ngademin...)

Untuk case yang ini aku kasi label customer yang mengerti.

Komentar