Cari Blog Ini

Selasa, Agustus 13

GELOMBANG FITNAH DI ZAMAN SAHABAT RASULULLAH: SOSOK ABDULLAH BIN SABA

Abdullah bin Saba’ adalah tokoh kontroversial di zaman sahabat Utsman Bin Affan. Sosoknya bukanlah fiktif, melainkan tokoh nyata yang mangusung kekacauan di tubuh kaum muslimin. Ia dan pengikutnya yang kemudian disebut sebagai Saba'iyyah, berperan dalam perlawanan melawan Khalifah Utsman. Mereka menciptakan kekacauan, sehingga banyak gubernur-gubernur yang diangkat oleh Utsman bin Affan diganti karena protes mereka.

 

Abdullah bin Saba berasal dari yaman. Ibunya adalah seorang Yahudi dan Ayahnya adalah Majusi. Para ulama menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba sengaja di “adakan di negeri kaum muslimin” untuk menciptakan kekacauan di tubuh kaum muslimin.

 

Abdullah bin Saba memulai fitnahnya dengan menyebarkan syubhat di kalangan kaum muslimin. Salah satunya ia menanamkan rasa cinta yang sangat kepada Rasulullah. Kesalahfahaman yang ia tanamkan adalah bahwa Nabi Isa akan dihidupkan kembali oleh Allah. Jika Nabi Isa saja dihidupkan, kenapa tidak dengan Nabi Muhammad. Pemahaman ini lah yang ditanamkan oleh Abdullah bin Saba. Karena pemahaman masyarakat saat itu juga awam, maka pemikiran tersebut diiterima oleh mereka

 

Pemikiran lain yang dihembuskan adalah bahwa setiap nabi memiliki orang2 karomah, yang akan menjadi wali setelah dirinya meninggal. Wali yang mendapat wasiat dari Nabi Muhammad adalah Ali bin Abi Thalib. Dan yang layak menggantikan posisi Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib.

 

Berikut ucapan (pesan) Abdullah bin Saba kepada orang-orang yang menyertainya, yang kemudian menjadi acuan dalam melaksanakkan misi mereka:

1.   Bersiaplah kalian dalam menjalankan agenda, (perencanaan mereka sudah matang)

2.   Membentuk orgaisasi kecil di setiap wilayah2, terutama di wilayah2 yang di situ banyak diisi oleh kaum muslimin yang masih lemah pemahamannya (baru memeluk islam) karena ekspansi wilayah

3.   Saling berbagi informasi untuk menyamakan narasi.

4.   Membangun/menciptakan isu-isu baru yang mana tujuannya untuk membunuh karakter dan kewibawaan Khalifah Utsman Bin Affan serta gubernur2 wilayah. Setelah isu hoaks disebarkan dan terbunuhnya karakter Khalifah Utsman bin Affan, maka mereka kemudian menunjukkan nama2 ahlul bait yang lebih pantas menjadi khalifah dibandingkan Utsman. Utsman bin Affan mampu menjawab semua tuduhan mereka. Utsman berkata, “aku tidak pernah menunjuk orang dalam satu tugas kecuali orang tersebut memang ahlinya dan keahliannya di akui oleh masyarakat”. Hal ini terkait fitnah mereka bahwa Utsman melakukan nepotisme dengan memberikan jabatan kepada anak angkatnya.

5.   Bawalah narasi2 positif di dalam menghembuskan isu2 tersebut. Misalnya narasi “Amar Ma’ruf”, akan tetapi caranya salah karena ditujukan kepada sahabat Utsman. Mereka mengucapkan takbir dan mengenakan pakaian takwa dalam rangka membungkus keburukan mereka.

 

Ulama berpendapat bahwa Abdullah bin Saba memulai rencana dan menyusun kekuatan dari Mesir (membentuk kader2nya). Setelah itu ia pindah ke Syam. Di Syam, dimana gubernurnya adalah Muawiyyah, Abdullah bin Saba sempat diinterogasi oleh Mu’awiyyah. Ia menyebut dirinya ahlul kitab, sedang belajar islam dan ingin tinggal bersama Mu’awiyyah. Di Syam Abdullah bin Saba’ diusir oleh Muawiyyah karena jawabannya yang inkonsistens saat diinterogasi. Abdullah bin Saba kemudian pindah ke Basrah.

 

Kemudian Abdullah bin Saba masuk ke Kuffah. Di Kuffah ia mendapat tempat. Di Kuffah ia leluasa menggerakkkan fitnahnya. Di tahun 34 H, di mulai dari majelisnya gubernur Kuffah, tiba2 ada kerusuhan. Ada provokasi yang menimbulkan perdebatan sampai terjadi baku hantam.

Di Kuffah mereka berkumpul dan mempersiapkan rencana untuk masuk ke Madinah. Mereka mamanfatkan momentum masuk ke Madinah saat para pemimpin melakukan ekspansi ke luar. Mereka mengajukan protes dan menuntut gubernur Kuffah diganti, dan akhirnya gubernur Kuffah pun diganti.

 

Ali bin Abi Thalib ditugaskan Utsman bin Affan untuk membangun hujjah membantah para pengacau (Saba'iyyah). Mereka meminta agar Utsman bin Affan turun. Mereka menuduh Utsman Bin Affan korupsi di Baitul Mal. Padahal Utsman bin Affan membeli tanah dari uangnya sendiri untuk memperluas lahan peternakan, seiring dengan bertambahnya jumlah hewan ternak. Sedangkan ternak milik Utsman sejak zaman Rasulullah, Abu Bakar dan Umar telah diinfakkan untuk di jalan Allah. Di Point ini terlihat bahwa antara Khalifah Utsman bin Affan dan Sahabat Ali bin Abu Thalib tidak terjadi perselisihan seperti isu yang digoreng oleh Saba'iyyah.

 

Mereka juga mempertanyakan mengapa mushab di zaman Abu Bakar tidak berlaku. Kenapa justru Utsman menggunakan mushaf Utsmani. Jawaban Utsman bin Affan, bahwa Mushaf Abu Bakar dibaca dengan 7 dialek bahasa Arab. Allah telah memberikan rukhsoh terkait kemudahan dalam membaca Al Quran dengan dialek tertentu. Namun tetap diperlukannya ilmu dalam membaca Al Quran. Agar tidak terjadi perubahan baca karena islam telah berkembang, maka perlu dibuat satu kodefikasi agar tidak terjadi perselisihan dan pertentangan dalam membaca Al Quran. Sehingga disusunlah Mushaf Utsmani yang berisi ketentuan membaca Al Quran untuk seluruh kaum muslimin di seluruh belahan dunia. Semua yang mereka tuduhkan dapat dibantah oleh Utsman bin Affan.

 

Kemudian muncul surat palsu, seolah-olah surat itu berasal dari Utsman dan berstempelkan Khalifah Utsman, yang berisi bahwa mereka (kaum Saba'iyyah/perusuh) harus dihukum karena demonstrasi yang mereka lakukan. Faktanya surat tersebut bukan berasal dari Utsman. Kaum Saba'iyyah marah dan kembali ke Madinah dan terjadilah pembunuhan Utsman. Sebelumnya Ali bin Abi Thalib meminta agar Utsman memerintahkan dirinya untuk membawa prajurit untuk menghadapi kaum perusuh itu. Ustman menolak, alasannya karena kabar terkait dirinya yang syahid sudah ia dengar. Ia tidak ingin mengalirkan darah kaum muslimin hanya karena pendukungnya ingin menyelamatkannya. Nangis di bagian ini ya Allah.

 

Utsman bin Affan dibunuh pada hari jumat saat sedang berpuasa. Sebelumnya ia bermimpi bertemu Rasulullah, Abu Bakar dan Umar, dimana mereka memanggil Utsman dan berkata, “Kemarilah Utsman, Mari kita berbuka puasa bersama”. Ia telah mendapatkan firasat bahwa ia akan meninggal. Para perusuh masuk ke rumahnya, mereka menebas tangannya, mencekik lehernya dan menusuk dadanya. Utsman bin Affan syahid sambil memegang mushaf yang ikut berlumuran darah. Naila, istri Utsman yang ingin menolong suaminya berkata, “sesungguhnya orang yang kalian tebas tangannya dan kalian bunuh adalah orang yang mengkkhatamkan Al Quran dalam 2 rakaat sholatnya, apakah kalian yakin bahwa orang ini telah melakukan apa yang kalian tuduhkan?” dalam riwayat lain disebutkan mengkhatamkan Al Quran dalam 1 rakaat.

 

Mereka kemudian melecehkan Naila, dengan menepukkan bagian belakang tubuhnya. Beberapa pembantunya ikut terbunuh saat itu karena ingin membantu. Allah telah berjanji bahwa Allah yang akan membalaskan kematian Utsman. Hingga setelah tragedi tersebut, tak ada satupun dari para pemberontak tersebut mendapatkan hukuman di dunia. 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalin komentar kamu di sini ^^