Tadi pagi, untuk pertama kalinya aku bisa menghadiri pertemuan rutin LRS Medan (Leutika Reading Society). Sebenarnya ini adalah kali ketiga, tapi justru menjadi pertemua perdana buatku. Kali ini diadain di rumah koordinatornya. Hmm… Kali pertama ketemu alias kopdar sama si koordinator, namanya Evi.
Ops sorry, sepertinya masih ada yang bingung. Baiklah akan aku perjelas. Dari namanya Leutika Reading Society, pastinya sudah bisa ditebak kalo LRS ini gak jauh-jauh banget sama buku. Tepat! LRS adalah kumpulan orang-orang yang suka baca dan suka nulis (seperti aku *tersenyum manis*), yang disponsori oleh Leutika Publisher *halah*. Mungkin sesuai dengan mottonya Leutika Publisher kali ya, read, write, inspire. Leutika mengajak untuk menulis, bersedia menerbitkan menjadi buku kemudian mengajak untuk membaca buku yang tentu saja isinya gak cuma buat menambah wawasan dan pengetahuan tapi juga motivasi dan menginspirasi. Tak cuma sampai disitu, LRS diharapkan bisa menjadi wadah untuk saling berdiskusi dan berbagi ilmu. Hmm… lengkapnya seperti ini “Tempat diskusi soal buku2 Leutika, merintis gerakan membaca yang lebih masif dan menyediakan ruang bagi berkembangnya dunia literasi Indonesia” (yang ini copas langsung dari pendiri LRS) Jadi bukan sembarang ngumpul dan pastinya bebas gosip
Trus kopdar?
Leutika ini markasnya di Jogja. Kenalnya di Facebook. Dan LRS ini adalah komunitas nyatanya. Leutika akan mengirimkan buku-buku untuk dibaca kemudian direview oleh semua anggota LRS. Jadi selama ini cuap-cuap sesama Leutikan –itu istilah dari leutika buat kami- terjadi di kotak kecil bernama wall, dan comment. Dan tadi rasanya sangat menyenangkan bisa langsung bertatapan dengan sesama leutikan.
Pertemuan ketiga tadi pagi sebenarmya berisi pemberian materi mengenai resensi. Nah, aku sendiri juga pernah belajar tentang resensi, dan pernah meresensi. Tapi tentu saja tidak semua buku yang aku baca aku resensi. Tapi kalau ingin menulis, mulailah dari meresensi buku yang dibaca. Sayangnya, yang memberi materi (anggota LRS juga) berhalangan hadir. Jadi kami berinisiatif sharing topik yang lain aja. Apa itu? EYD.. Evi malah nyaranin buat beli buku EYD. Terdengar sepele, tapi sebenarnya sangat penting bagi penulis memahami EYD dan tanda baca (titik, koma, tanda kutip). Kenapa? Karena itu yang membuat mata pembaca menjadi nyaman dan isi tulisan (pesannya) tersampaikan dengan baik ke pembaca (aku nge-blog gini kira2 tanda bacanya udah benar belum ya?). Dan naskah yang ditolak oleh redaksi, terkadang bukan karena isinya yang tidak sesuai dengan kebutuhan redaksi, tapi bisa jadi karena dewan redaksi udah malas duluan untuk membacanya.
Waktu dua jam gak kerasa. Sebelum pulang, Evi malah meminjamkan beberapa koleksi bukunya ke kami untuk dibaca *ngiler liat buku-bukunya koordinator dan tentu saja bernarsis dulu, biar lebih afdhol.
Pertemuan ketiga tadi pagi sebenarmya berisi pemberian materi mengenai resensi. Nah, aku sendiri juga pernah belajar tentang resensi, dan pernah meresensi. Tapi tentu saja tidak semua buku yang aku baca aku resensi. Tapi kalau ingin menulis, mulailah dari meresensi buku yang dibaca. Sayangnya, yang memberi materi (anggota LRS juga) berhalangan hadir. Jadi kami berinisiatif sharing topik yang lain aja. Apa itu? EYD.. Evi malah nyaranin buat beli buku EYD. Terdengar sepele, tapi sebenarnya sangat penting bagi penulis memahami EYD dan tanda baca (titik, koma, tanda kutip). Kenapa? Karena itu yang membuat mata pembaca menjadi nyaman dan isi tulisan (pesannya) tersampaikan dengan baik ke pembaca (aku nge-blog gini kira2 tanda bacanya udah benar belum ya?). Dan naskah yang ditolak oleh redaksi, terkadang bukan karena isinya yang tidak sesuai dengan kebutuhan redaksi, tapi bisa jadi karena dewan redaksi udah malas duluan untuk membacanya.
Waktu dua jam gak kerasa. Sebelum pulang, Evi malah meminjamkan beberapa koleksi bukunya ke kami untuk dibaca *ngiler liat buku-bukunya koordinator dan tentu saja bernarsis dulu, biar lebih afdhol.
Buku yang dipegang (dari yang paling jauh) : Jaman Penjor, Emak2 Facebooker Mencari Cinta, CrazMo! (Buku berisi kisah paling gila sepanjang sejarah, based on true story 100%) dan Oyako No Hanashi
kayanya saya juga pernah tau sama Leutika ini deh...wah, pengalaman menarik:)
BalasHapus@ nova: ketemu di fesbuk juga ya? :) yup, nambah pengalaman banget.
BalasHapusmakan dak makan asal kumpul, hehe..
BalasHapusbtw teman2nya cantik2 yah..
=D
@ Agung: betul..betul..betul.. :D
BalasHapusKopdar itu slalu asik ^^
BalasHapusBlogger kopdar juga yuk..
@ SekNeg Suradita: Ayuukk, asyik bgt tuh...hehehe
BalasHapuskopdar memang asik,,
BalasHapustapi gimana bagi seorang pemalu kaya saya..??
xixixixi..
makasih ka.
Yuk, KM dmn sob??
BalasHapus@ Entis: ah masak entis pemalu :)
BalasHapus@ SekNeg: saya di Medan heheh jauh ya... ^__^
belum ada yang baru ya ka..??
BalasHapusgak apa apa kan koent lagi...??
hhe hhe...
wahh...pertemuan antar leutikan toh...
BalasHapuslam kenal ^_^
seru nih :)
BalasHapus